PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakain mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemamfaatan hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu
menggunakan alat-alat yang di sediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup
kemunkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.Guru dapat menggunakan alat yang
murah dan efisien yang meskipun
sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan
pengajaran yang diharapkan. Di samping itu, guru juga dituntut untuk dapat
mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan
apabila media tersebut belum tersedia.[1]
Adapun tujuan belajar yang
utama ialah bahwa apa yang di pelajari itu berguna di kemudian hari, yakni
membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini
di kenal dengan teransfer belajar. Dalam teori belajar di bedakan transfer
mengenai unsur-unsur identik atau sama, jadi transfer dalam hal-hal spesifik. [2]
Dalam proses belajar dapat
di bedakan tiga fase atau episode, yakni: informasi transformasi, dan evaluasi.
Ketiga efisode ini selalu terdapat.Yang menjadi masalah ialah berapa banyak
informasi di perlukan agar dapat di transformasi. Lama tiap episode tidak
selalu sama. Hal ini antara lain juga bergantung pada hasil yang di perlukan,
motifasi murid belaja, melihat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk
menemukan sendiri.[3]
B. Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
pentingya guru dalam menggunakan media?
2.
Bagaimana
pengertian media dalam proses belajar mengajar?
3.
Bagaimana
proses belajar mengajar dalam menggunakan media?
PEMBAHASAN
A. Pentingnya
Guru Dalam Menggunakan Media
Dalam kepentingan guru
khususnya dalam proses belajar mengajar yang di tandai dengan seiring
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang maka pemerintah
mengeluarkan sebuah alat yang digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar
mengajar. Maka dari itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pembelajaran yang di keluarkan oleh pemerintah, media
pembelajaran ini meliputi:
1.
Media
sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
2.
Fungsi
media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
3.
Seluk
beluk proses belajar.
4.
Hubungan
antara metode mengajar dan media pendidikan .
5.
Nilai
atau mampaat media pendidikan dalam pengajaran.
6.
Pemilihan
dan penggunaan media pendidikan.
7.
Berbagai
jenis alat dan teknik media pendidikan.
8.
Media
pendidikan dalam setia mata pelajaran.
9.
Usaha
inovasi dalam media pendidikan.
B. Pengertian
Media
Kata media berasal dari
bahasa Latin medius yang secara
harpiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar.”Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara (wasaila) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.Gerlac & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membagun kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung
di artikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.[4]
Proses belajar mengajar itu
terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Apabila
proses belajar mengajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah, tidak
lain ini di maksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara
terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi
yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya,
yang antara lain terdiri atas merid, guru, petugas perpustakaan, kepala
sekolah, bahan atau matri pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman
video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas
(proyektor overhead, perekam pita
audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat
sumber belajar, dan lain-lain.
Dengan demikian, kalau ada
teknologi pengajaran misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita
memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah
keterampilan, sikap, perbuatan dan strategi mengajarkan agama.
Berdararkan uraian beberapa
batasan tentang media di atas, berikut di kemukakan ciri-ciri umum yang
terkandung pada setiap batasan itu.
1.
Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu
sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau di raba dengan pancaindra.
2.
Media
pendidikan memiliki pengertin nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang
ingin disampaikan kepada siswa.
3.
Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan
audio.
4.
Media
pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
5.
Media pendidikan digunakan dalam rangka
komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6.
Media
pendidiakan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), misalnya
film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio,
tape/kaset, video, recorder).
7.
Sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.
1.
Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemorolehan pengetahuan dan
keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi
antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah di alami sebelumnya.Menurut
Bruner (1966:10-11) ada tiga tingkatan modus belajar, yaitu pengalaman langsung
membuat simpul. Pada tingkatan kedua yang di beri label (iconic), dan pengalaman absrak (symbolic).
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami
dengan langsung membuat simpul.Pada tingkatan kedua yang di beri label iconic (artinya gambar atau image), kata
simpul di pelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum
pernah mengikat tali untuk membuat’simpul’mereka dapat mempelajari dan memahaminya
dari gambar,lukisan ,foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan symbol, siswa
membaca (atau mendengar) kata ’simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan
pengalamannya membuat ‘simpul’ pada image mental atau mencocokkannya dengan
pengalamannya membuat ‘simpul’ ketiga tingkat pengalaman ini saling berintraksi
dalam upayah memperoleh ‘pengalaman’(pengetahuan’keterampilan' atau sikap )
yang baru.
Tingkatan pengalaman
pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale (1969) sebagai
suatu proses komunikasi.Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa
dapat menguasainya di sebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan
pesan ke dalam symbol-simbol (encoding) dan siswa sebagai penerima menapsirkan
symbol-simbol tersebut sehingga di pahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan
pesan oleh guru dan murid.[5]
2.
Ciri-ciri media pendidikan
Gerlach & Ely (1971)
mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk menggapa media di gunakan
dan apa-apa saja yang dilakukan oleh media yang munkin guru tidak mampu (atau
kurang efisien) melakukannya.
a.
Ciri
Fiksatif (fixative Property)
Ciri ini
menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu pristiwa atau obyek.Suatu peristiwa atau obyek dapat
diurut atau disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio
tape, disket komputer, dan film.Ciri ini amat penting bagi guru karena
kejadian-kejadian atau obyek yang lebih di rekam atau di simpan dengan format
media yang ada dapat di gunakan setiap saat.
b.
Ciri
manipulatif (manifulative property)
Transformasi
suatu kejadian atau obyek di munkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif.Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat di sajikan kepada
siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
c.
Ciri
distributif (distributive property)
Ciri
distributife dari media memunkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang, dan secara bersamaan
kejadian tersebut disajaikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman
yang relatif sama mengenai kejadian itu. [6]
C. Proses
belajar mengajar menggunakan media
Proses belajar mengajar
menurut Jerome S. Bruner ada empat pokok utama yang di bahas dalam konperensi
ini, yakni:
1) Peranan
struktur dalam belajar dan Cara untuk mengutamakanya dalam mengajar. Tiap mata pelajaran atau disiplin mempunyai struktur
tertentu. Struktur itu terdiri atas konsep-konsep pokok. Bila struktur itu di
kuasai, maka banyak hal-hal lain yang berhubungan dengan itu dapat di pahami
maknanya. Memahami struktur itu akan mempengaruhi cara berpikir seseorang
sepanjang hidupnya, karena dapat di-transfer pada hal-hal lain.
2) Kesiapan
untuk mempelajari sesuatu.
Anggapan yang keliru tentang masa kesiapan anak untuk mempelajari sesuatu
menimbulkan kerugian yang besar dalam perkembangan anak. Kesiapan ini ternyata
jauh lebih cepat dari pada yang di duga sebelumnya. Bahkan dianggap bahwa
dasar-dasar suatu mata pelajaran dapat diajarkan kepada setiap anak pada setiap usia dalam suatu bentuk tertentu.
3) Hakikat
intuisi dalam proses belajar. Intuisi adalah kemampuan mental untuk menemukan hipotesis pemecahan
masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis. Intuisi memegan peranan penting
dalam berfikir produktif, bukan hanya disiplin akademis, melainkan juga dalam
menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan intuisi kita
membuat lompatan pikiran kearah pemecahan masalah itu. Dalam prinsipnya,
berfikir secara ilmiah atau kegiatan intelektual seseorang ilmuan sama dengan
kegiatan intelektual yang dilakukan oleh murid kelas III SD.
4) Dorongan
atau motivasi belajar dan cara untuk membangkitkannya. Secara ideal seorang anak harus mempunyai minat untuk
sesuatu agar ia belajar dengan sungguh-sungguh.
Minat serupa ini jauh lebih baik daripada dorongan yang timbul karena
tujuan-tujuan yang ekstrinsik seperti mencapai angka yang baik, saingan dengan
mired lain, dan sebagainya. Namun perlu di selidiki bagaimana caranya untuk
membangkitkan minat serupa itu.
Namun ada dua pendapat, yang
manakah yang harus di utamakan, guru atau alat pelajaran. Bila guru di beri
peranan utama, jadi guru sebagai orang yang menentukan cara belajar, alat yang
digunakan, maka guru perlu mendapat pendidikan yang mendalam tentang bahan yang
diajarkannnya serta metode mengajar. Bila guru di beri peranan sebagai
komentator yang memberi penjelasan tentang bahan yang telah disediakan dalam
bentuk film, rekaman, pelajaran berprogram, dan sebagainya.
Selanjutnya akan kami beri
urain yang lebih lanjut tentang pokok-pokok yang telah di kemukakan di atas.
Pentingnya Struktur
tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang di
pelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar
terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini di kenal dengan transfer belajar. Dalam teori belajar
dibedakan transfer mengenai unsur-unsur yang identik atau sama, jadi transfer
dalam hal-hal yang spesifik. Transfer yang lain ialah yang tidak spesifik,
yakni transper prinsip-prinsip dan sikap umum atau konsep umum yang merupakan
dasar untuk mengenal masalah-masalah lain sebagai masalah khusus dalam rangka prinsif
umum yang telah di kuasai. Transfer inilah yang menjadi inti dalam proses
belajar.
Tujuan pelajaran bukan hanya
penguasaan prinsif-prinsif yang fundamental itu, melainkan juga mengembangkan
sikap yang positif terhadap belajar, penelitian dan penemuan serta pemecahan
masalah atas kemampuan sendiri.Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya
menimbukan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun
dianggap bahwa proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Kesiapan Untuk Belajar
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J.
Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat di ajarkan dengan efektif dalam
bentuk yang jujur seara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat
perkembanganya.Pendiriannya ini didasarkannya sebagian besar atas penelitian Jean Pianget tentang perkembangan
intelektual anak. Berhubung dengan itu akan kita bicarakan tentang perkembangan
intektual anak, perbuatan belajar, dan kurikulum “spiral”.
Perkembangan Intektual Anak
Menurut penelitian J. Pianget, perkembangan intektual
anak dapat di bagi dalam tiga taraf.
1.
Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra-sekolah, jadi tidak
berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia
luar.
2.
Fase operasi konkrit, dengan oprasi dimaksud usaha untuk memperoleh data
tentang dunia realitas dan mengubahnya dalam pikiran kita sedemikian rupa
sehingga dapat di susun atau diorganisasi dan digunakan secara selektif dalam
pemecahan masalah-masalah. Pada taraf
ke-2 ini operasi itu ‘internalized’ artinaya dalam menghadapi suatu masalah ia
tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah
dapat melakukannya dalam piirannya. Internalisasi ini sangat penting karena
dengan itu ia telah memiki sistem simbolis yang menggambarkan dunia ini. Namun
pada taraf operasi konkrit ini ia hannya dapat
memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata atau konkrit
ini ia hannya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata.
3.
Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroprasi berdasarkan kemunkinan hipotesis
dan tidak lagi di batasi oleh apa yang berlangsung di hadapinya atau apa yang
telah di alaminya sebelumnya.
Implikasi Bagi Pengajaran
Padafase operasi konkit anak telah sanggup untuk
memahami banyak konsep matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu sosial
secara intuitif dan konkrit.
Yang penting sekali untuk
dipertimbangkan dalam mengajarkan konsep-konsep pokok ialah membantu anak itu
secara berangsur-angsur dari berfikir konkrit ke arah berfikir secara
konsepsional.Akan tetapi mengajarkan secara formal, seperti banyak dilakukan
dalm matematika, ialah menyajikannya dalam bentuk formal-logis yang belum
sesuia dengan taraf perkembangan intelektualnya.
Proses belajar
Menurut Bruner dalam proses belajar dapat di bedakan 3 fase
atau episode yakni, informasi, transformasi, dan evaluasi.
Informasi.Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi,
ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita
ketahui sebelumnya misalnya bahwa tidak ada energy yang lenyap.
Transformasi.Informasi itu harus di analisis, di ubah atau di
transformasikedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
Evaluasi.Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transpormasi
itu dapat di mamfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Dalam proses belajar
mengajar ketiga evisode ini selalu terdapat. Yang menjadi masalah ialah berapa
banyak informasi yang di perlukan agar dapat ditranspormasi.
Kurikulum “spiral”
Kepada anak-anak dapat kita
ajarkan setiap mata pelajaran dalam bentuk yang sesuai dengan taraf perkembagan
mereka pada setiap tingkat usia. Kurikulum dapat di pusatkan pada
masalah-masalah penting, pada perinsif-prinsif, dan nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat, yang harus dimliki oleh setiap warga.
Berpikir intuitif dan berpikir analitis
Ahli matematika, fisika,
biologidan ilmuan lainnya menekankan nilai intuisi dalam pemecahan masalah.
Seorang dikatakan berpikir intuitif, bila ia telah memikirkan suatu soal dan
secara tiba-tiba melihat pemecahannya. Disamping itu dikatakan bahwa seorang
berpikir intuitif, bila ia dengan cepat dapat mengemukakan terkaan-terkaan yang
baik dan tepat.
Berpikir analitis
berlangsung selangkah demi selangkah. Tiap langkah itu tegas dan dapat
dijelaskan kepada orang lain. Berpikir dilakukan dengan penuh kesadaran akan
informasi dan operasi yang terlihat. Sebaliknya berpikir intuitif tidak
berlangsung menurut langkah-langkah yang tegas.Ia menemukan jawabannya tampa
disadari proses apa yang di ikutinya, informasi apa yang digunakannya dan tidak
dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana ia mendapat jawaban itu.
Variable-variabel dalam berpikir intuitif
Diduga bahwa intuisi dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor
tertentu, sehingga seorang dapat berfikir intuitif dalam bidang tertentu akan
tetapi tidak dalam bidang lain. Apa dan bagaimana mempengaruhi intuisi belum
diketahui namun dianggap bahwa variable-variabel yang berikut dapat
mempengaruhinya.
-
Apakah
tidak munkin murid berpikir intuitif atas pengaruh guru?
-
Faktor
guru
-
Penguasaan
bahan
-
Struktur
pengetahuan
-
Prosedur
heuristik
-
menerka
Kepercayaan akandiri sendiri
Dalam pelaksanaan kurikulum kita tidak hannya
mempertimbangkan apa yang harus diajarkan, bagaimana cara mengajarkannya, akan
tetapi juga tujuan yang akan dicapai dan faktor anak itu sendiri, khususnya
minat anak untuk pelajaran.
Cita-cita untuk mengejar ‘excenllence’ atau keunggulan
dapat memusatkan perhatian kepada anak-anak yang berbakat, pada hal semua anak
harus mendapat perhatian yang sama. Selai itu keunggulan hendaknya jangan
hannya dicapai dalam bidang inetelektual, akan tetapi juga dalam bidang-badang
kesenian, kesusteraan, dan lain-lain. Kepada semua jenis bakat harus diberi
perhatian yang sewajarnya.
Motivasi untuk belajar sering di usahakan melalui angka-angka,
kenaikan kelas, ujian-ujian. Hingga manakah cara-cara seperti itu mampu memupuk
minat yang berkepanjangan terhadap pelajaran?Untuk tujuan jangka pendek mudah
di bangkitkan minat dengan berbagai alat audio visual pada pelajar yang sudah
biasa menonton saja secara pasif.Yang perlu diusahakan ialah timbulnya minat
jangka panjang yang bersifat intrinsik.
Untuk mempertinggi tingkat
intelektual timbul usaha mencapai ‘excellence’ atau keunggulan yang di beri
nama “meritocracy” yakni membentuk elite intelektual berdasarkan prestasi
akademis, atau sistem yang memberi kedudukan istimewa dan kepeminpinan kepada
golongan itu. Sistem merintoraksi ini dimaksud untuk mencegah ketinggalan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mengancam keamanan Negara dan
bangsa.
Alat-alat mengajar
Jerome
Brunermembagi alat
instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
1.
Alat
untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”, yaitu menyajikan bahan kepada
murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung
yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara,
dann lain-lain. “vicarious” berarti sebagai subtitusi atau pengganti pengalaman
yang langsung.
2.
Alat
model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip, atau
struktur pokok.
3.
Alat
dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,
film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi
pengertian tentang suatu ide atau gejala.
4.
Alat
automatisasi, seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang
menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau
feedback tentang responds murid. Alat ini dapat meringankan bebas guru tidak
akan dapat mengantikannay aseperti halnya dengan buku. Selain itu alat ini
segera memberikan feedback dan memberi jalan untuk memperbaiki kesalahan yang
di buat oleh murid.
Namun alat pendidikan yang
paling utama ialah guru itu sendiri.Apakah peranan guru itu?
1.
Mengkomunikasikan
pengetahuan.
Guru harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang bahan yang diajarkannya.
Pendidikan guru memegan peranan yang pentingdalam peningakatan mutu guru degan
menseleksi calon guru, materi pendidikan yang lebih baik tentang bidang studi
pilihanya, menyediakan latihan praktek mengajar di bawa pinpinan guru yang
berpengalaman, latihan in-service, pelajaran jarak jauh untuk memekihara mutu
guru.
2.
Guru sebagai model. Jika guru sendiri tidak melihat keindahan dan
mamfaat mata pelajaran yang di ajarkannya, jangan diharapkannya bahwa anak-anak akan menunjukkan entusiasme
untuk mata pelajaran itu. Guru yang tidak menunjukkan keberanian untuk berpikir
intuitif, tidak pula membina anak-anak yang mempunyai keberanian itu.
3.
Selain
itu guru juga menjadi model sebagai
pribadi, apakah ia disiplin, cermat berpikir, mencintai mata pelajarannya,
atau yang mematikan idealismedan picik dalam pandangannya.
Whitehead,
pernah
mengatakan bahwa pendidikan harus memberi kesempatan untuk menyaksikan
tokoh-tokoh besar yang bertalian dengan pendidkan.Akan tetapi tidak mudah untuk
menarik orang-orang besar ke dalam profesi keguruan.
Jadi secara singkat guru
dapat berperang sebagai komunikator, model, dan tokoh identifikasi.Antara guru
dan alat-alat intruksional tidak terdapat pertentangan. Mutu pendidikan tidak
dengan sendirinya akan meningkat dengan dibelinya alat-alat intruksional yang
mutakhir mahal. Alat-alat itu hannya akan bermanfaat dalam tangan guru yang
terampil dan bijaksana.
Belajar berdasarkan sumber
atau “resource-based learning” bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan
bertalian dengan sejumlah
perubahan-perubahan yang mempengaruhi pembinaan kurikulum.
Perubahan-perubahan itu mengenai:
1.
Perubahan
dalam sifat dan pola ilmu pengetahuan manusia
2.
Perubahan
dalam masyarakat dan tafsiran kita tentangtuntutannya.
3.
Perubahan
tentang pengertian kita tentang anak dan caranya belajar .
4.
Perubahan
dalam media komunkasi.
Sumber yang sejak lama
digunakan dalam proses belajar-mengajar adalah buku-buku dan hinggan sekarang
buku-buku masih memegan peranan yang penting. Oleh sebab itu ahli perpustakaan
mendapat peranan yang penting sekali dalam “resource-based learning” ini. Kerja
sama antara guru dan ahli perpustakaan menjadi syarat mutlak. Di samping itu
para ahli perpustakaan harus mendapat pendidkan khusus untuk menjalankan
peranannya itu. Guru dan ahli perpustakaan harus saling mengenal keahlian dan kemampuan masing-masing.[7]
[1]Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam Jilid I, (cet; I Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2009),hal. 2
[2]Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses
Belajar Mengajar, (cet; XIV Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010),
hal. 3
[3] Ibid, Nasution, hal, 9
[4]Sudiono, op.cit.hal. 2- 3
[5]Ibid, hal. 7-9
[6]Ibid, hal. 12-14
[7]Nasution, op.cit, hal. 1-19
0 Silahkan Berkomentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment
Sampaikanlah kritik dan saran anda yang bersifat membangun di kolom komentar untuk kesempurnaan dan kenyamanan anda dalam membaca. Terima kasih atas kerja samanya.