BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu
negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan
bangsa.
Di Sekolah, segala aspek pembelajaran atau
pendidikan bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa
dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan
segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasannya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Hal-hal tersebut
memang seharusnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem pendidikan. Agar dapat menunjang proses pembelajaran yang dapat menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Termasuk dalam hal pengelolaan pembelajaran. Tidak hanya berupa
pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Adapun kegiatan
pengelolaan pembelajaran juga termasuk dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana dan kondisi belajar yang nyaman dan dapat diterima oleh peserta
didik. Di sini yang memiliki peran penting dalam melaksanakannya adalah guru.
Sebab, hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang
terjadi di kelas. Oleh karena itu, sudah selayaknyalah kelas dikelola
dengan baik, professional, dan harus terus-menerus Sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana pengertian pengelolaan pembelajaran?
2. Bagaimana proses tahap instruksional dalam pembelajaran?
3.
Bagaimana tantangan-tantangan dalam melaksanakan tahapan instruksional serta
solusinya?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian pengelolaan pembelajaran.
2.
Untuk mengetahui proses tahap instruksional dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui tantangan-tantangan dalam melaksanakan
tahapan instruksional serta solusinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan
berasal dari kata dasar kelola, yang mana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya
adalah mengendalikan, menyelenggarakan (pemerintahan).[1]
Sedangkan kata pengelolaan sendiri adalah proses, cara, perbuatan mengelola dan
proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.[2]
Sedangkan
pengelolaan dalam istilah manajemen pembelajaran yaitu ketatalaksanaan, tata
pimpinan.[3]
Pembelajaran
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar.[4]
Maka,
dapat disimpulkan pengelolaan pembelajaran itu adalah pengaturan atau penataan suatu kegiatan pembelajaran. Atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan pembelajaran
dalam mencapai tujuan pendidikan.
2.
Proses Tahap Instruksional dalam Pembelajaran
Secara umum ada tiga
pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan (prainstruksional), tahap
pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut.
Tahap
prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses
belajar dan mengajar seperti mengabsen siswa, memberikan motivasi dan
lain-lain. Tahap ini dalam mengajar lebih mirip seperti kegiatan pemanasan
sebelum berolahraga. Kegiatan ini akan mempengaruhi keberhasilan siswa.
Tahap instruksional
adalah tahap pengajaran atau tahap inti seperti menjelaskan kepada siswa tujuan
pembelajaran, memberikan materi kepada siswa dan lain-lain.
Tahap yang ketiga
adalah tahap evaluasi dan tindak lanjut adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari tahapan instruksional atau pembelajaran. Untuk mengetahuinya
dapat dilakukan hal-hal seperti menguji siswanya, mengamati perkembangan
siswanya dan lain-lain.
Ketiga
tahapan di atas harus ditempuh pada setiap saat melaksanakan pengajaran. Jika
satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah
terjadi proses pengajaran. Akan tetapi, dalam makalah ini kami hanya membahas
pada tahap instruksional. Beberapa penjelasan di atas hanyalah secara garis
besarnya saja. Berikut adalah identifikasi tahap instruksional secara umum :
a.
Menjelaskan pada siswa tujuan pengajaran yang
harus dicapai siswa.
b.
Menuliskan pokok materi yang akan dibahas hari
itu yang diambil dari buku sumber yang telah disiapkan sebelumnya.
c.
Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi.
Dalam pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni:
1)
Pembahasan dimulai dari gambaran umum materi
pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus.
2)
Dimulai dari topik khusus menuju topik umum.
d.
Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya
diberikan contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus
diberikan pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman dari setiap pokok materi yang telah dibahas.
e.
Penggunaan alat bantu pengajaran untuk
memperjelas pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan.
f.
Menyimpulkan hasil pembahasan dari pokok materi.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis di papan tulis untuk dicatat siswa. Kesimpulan dapat
pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya
kepada siswa.
3.
Tantangan-Tantangan dalam Melaksanakan Tahapan
Instruksional serta Solusinya
Banyak
ahli mengemukakan pengertian masalah. Ada yang melihat masalah sebagai
ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak
terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu
hal yang tidak mengenakkan. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar
dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami
oleh siswa dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami
oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
siswa-siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata normal, pandai atau
cerdas. Di sinilah peran guru yang harus mampu
mengidentifikasi kemudian menemukan solusinya.
Dalam pengertian masalah belajar di atas, maka dapat dirincikan jenis-jenis
siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar, yaitu sebagai berikut:
a.
Siswa yang
tidak mampu mencapai tujuan belajar atau hasil belajar sesuai dengan pencapaian
teman-teman seusianya yang ada dalam kelas yang sama. Sesuai dengan tujuan
belajar yang tercantum dalam Kurikulum bahwa siswa dikatakan lulus atau tuntas
dalam suatu pelajaran jika telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang telah ditentukan oleh tiap-tiap guru bidang studi. KKM dibuat berdasarkan
intake (pencapaian) siswa di dalam kelas. Apabila seorang siswa tidak mencapai
kriteria tersebut, maka yang bersangkutan dikatakan bermasalah dalam pelajaran
tersebut.
b.
Siswa yang
mengalami keterlambatan akademik, yakni siswa yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi tetapi tidak menggunakan kemampuannya secara
optimal. Belum tentu semua siswa yang terdapat dalam satu kelas memiliki
kemampuan yang sama, ada beberapa siswa dengan kemampuan intelegensi diatas
rata-rata bahkan super. Kondisi inilah yang menyebabkan si siswa cerdas ini
harus menyesuaikan kebutuhan asupan kecerdasannya dengan kemampuan teman-teman
sekelasnya, sehingga siswa yang seharusnya sudah berhak diatas teman-teman
sebayanya dipaksa menerima kondisi sekitarnya.
c.
Siswa yang
secara nyata tidak dapat mencapai kemampuannya sendiri (tingkat IQ yang diatas
rata-rata). Maksudnya, yaitu siswa yang memiliki intelegensi diatas rata-rata
normal tetapi tidak mencapai tujuan belajar yang optimal. Misalnya KKM pada
Mata Pelajaran A sebanyak 65, kemudian nilai yang dicapainya 70. Padahal
seharusnya dengan tingkat intelegensi seperti itu, yang bersangkutan bisa
mendapat nilai minimal 80 bahkan lebih.
d.
Siswa yang
sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat akademik
yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus. Siswa yang mengalami kondisi seperti ini yakni siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan sangat sering bermasalah
dalam pembelajaran. Seringkali Guru kehabisan ide untuk menangani siswa yang
seperti ini, bimbingan pelajaran tambahan atau ekstra menjadi salah satu
alternatif penyelesaian masalah semacam ini.
e.
Siswa yang
kekurangan motivasi dalam belajar, yakni keadaan atau kondisi siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar seperti jera dan bermalas-malasan. Siswa yang seperti
ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis, yang tidak peduli
terhadap perkembangan belajar siswa. Lingkungan keluarga yang apatis, yang
tidak berperan dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa
bodoh, sehingga belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan
masyarakat yang merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses
memotivasi siswa itu sendiri.
f.
Siswa yang
bersikap dan memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan
seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui dan sebagainya.
Besarnya kesempatan yang diberikan oleh Guru untuk menyelesaikan tugas menyebabkan
siswa mengulur-ulur pekerjaan yang seharusnya diselesaikan segera setelah
diperintahkan, Guru yang terlalu disiplin dan berwatak tegas juga menjadi
faktor berkurangnya perhatian (attention) yang seharusnya diberikan oleh siswa
kepada Guru.
g.
Siswa yang
sering tidak mengikuti proses belajar mengajar di kelas, yaitu siswa-siswa yang
sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama
sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan belajarnya. Seringkali materi
pelajaran yang telah disampaikan oleh Guru pada pertemuan jauh sebelumnya
kemudian siswa dituntut untuk mengikuti dan menguasai materi pelajaran
dalam waktu yang relatif singkat menyebabkan si siswa menjadi tertekan dan
terbebani oleh materi belajar yang banyak.
h.
Siswa yang mengalami
penyimpangan perilaku (kurangnya tata krama) dalam hubungan intersosial.
Pergaulan antar teman sepermainan yang tidak seumuran dan tidak mengeyam bangku
pendidikan menyebabkan si anak atau siswa terpengaruh dengan pola perilaku dan
pergaulan yang serampangan, seperti berbicara dengan nada yang tinggi dengan
orang yang lebih tua, sering membuat kegaduhan atau keributan di dalam
masyarakat. Kemudian siswa yang bersangkutan membawa perilaku buruknya tersebut
kedalam lingkungan sekolah yang lambat laun menyebabkan teman-teman lainnya
terpengaruh dengan pola perilakunya, baik dalam berbicara ataupun dalam
memperlakukan orang lain.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar
terdiri dari dua macam, yakni:
a.
Faktor intern
siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa itu
sendiri. Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat
menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam
belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu:
1)
Sikap Terhadap
Belajar
2)
Motivasi
belajar
3)
Konsentrasi
belajar
4)
Kemampuan
mengolah bahan ajar
5)
Kemampuan
menyimpan perolehan hasil ajar
6)
Menggali hasil
belajar yang tersimpan
7)
Kemampuan
berprestasi
8)
Rasa percaya
diri siswa
9)
Intelegensi dan
keberhasilan belajar
10) Kebiasaan belajar
11) Cita-cita siswa
b.
Faktor ekstern
siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa itu sendiri.
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses
belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh
lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila
program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa
pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari
segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada
aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Guru sebagai
pembina siswa dalam belajar
2)
Sarana dan
prasarana pembelajarn
3)
Kebijakan
penilaian
4)
Lingkungan
sosial siswa di sekolah
5)
Kurikulum
sekolah
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor
lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantaranya faktor-faktor
yang dapat dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa ketidakmampuan
belajar. Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator
adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar itu terdiri atas:
1)
Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca,
2)
Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis,
3)
Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki
kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang
menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya
minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.
Faktor-faktor penyebab masalah belajar dapat
diatasi oleh guru dengan beberapa solusi seperti berikut ini:
a.
Identifikasi kasus dengan melakukan
observasi mengenai kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam belajar. Dengan
tujuan untuk mengetahui kendala atau masalah dalam belajar, untuk mempermudah
proses pengambilan sampel siswa yang kemungkinan memiliki masalah dalam
belajar, bisa berpedoman pada nilai raport semester 1 (ganjil) pada siswa
tersebut.
b.
Identifikasi masalah setelah menentukan sampel, komunikasi
dengan sampel siswa ini untuk mendapatkan poin yang menjadi kendala utama dalam
belajar. Dan bisa jadi secara umum sampel memiliki kendala, yaitu:
1)
Kesulitan
belajar yang utama pada mata pelajaran tertentu yang tidak dikuasai, misalnya
bahasa Inggris.
2)
Kurangnya waktu
yang dimanfaatkan untuk belajar, kebiasaan belajar hanya dilakukan jika ada
Pekerjaan Rumah (PR) dari Guru.
c.
Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar dari poin-poin yang didapatkan melalui komunikasi, dapat disimpulkan bahwa
masalah utama siswa adalah kurangnya motivasi belajar yang
kemudian tergambar melalui kebiasaan siswa itu sendiri, seperti tidak menghapal
kosakata, kurangnya pemanfaatan waktu luang, belajar jika ada tugas, atau
ulangan, dan lain sebagainya. Mereka mengikuti proses belajar mengajar seperti
biasa, tetapi hasil dari proses belajar tersebut terlihat tidak cukup optimal,
yang kemudian tergambar melalui nilai akhir yang berada di bawah angka
rata-rata kelas.
d.
Identifikasi alternantif penanganan masalah belajar
yang dalam hal ini kurangnya motivasi
belajar melibatkan beberapa pihak, yakni:
1)
Pemerintah yang
memiliki wewenang untuk membuat kurikulum juga harus memuat dasar motivasi di
dalamnya sebelum sekolah diberi kebijakan untuk membuat kurikulumnya sendiri,
yang tentunya mengacu kepada pedoman kurikulum yang dibuat Pemerintah. Di
sinilah guru membuat kurikulumnya dengan mendesain gaya belajar yang dapat
menarik minat siswa, sesuai dengan pertimbangan kendala yang telah diidentifikasi.
Misalnya tadi, siswa yang kurang dalam bahasa Inggris. Guru perlu mendesain
metode pengajaran yang lebih bersifat menarik kepada siswa agar lebih mudah
memahami pelajaran yang dimaksud.
2)
Guru memeliki
kapasitas dan peranan yang besar dalam memotivasi siswa. Bagaimanapun caranya,
seorang guru harus mampu menyelam ke dalam karakter siswanya untuk menemukan
mutiara potensi siswa dan membawanya keluar. Karena salah satu tugas Guru yakni
sebagai agen pembelajaran, bagaimana seorang guru bisa menciptakan transfer
pelajaran sekaligus motivasi kepada siswa-siswanya. Peran guru dalam memotivasi
siswa dapat dilakukan seperti motivasi yang diberikan dalam bentuk ceramah
singkat yang diberikan sebelum memulai proses pembelajaran. Bisa pula
kisah-kisah yang menyentuh yang dapat memancing motivasi siswa untuk semangat
dalam menerima pelajaran. Selain itu, siswa bersama guru mata pelajaran secara
aktif berdiskusi dalam rangka menciptakan motivasi sehingga siswa-siswanya
tidak mengalami kekurangan motivasi. Guru BK juga memiliki peranan yang cukup
besar dalam hal memotivasi siswa, guru secara berkelanjutan memberikan
penyuluhan dan motivasi kepada siswa baik secara perorangan (individu) maupun
secara kelompok. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah :
a)
Memberi angka
Angka dalam hal
ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang
utama justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
b)
Hadiah
Hadiah dapat
juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian.
c)
Saingan/kompetisi
Saingan atau
kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.
Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan
d)
Memberi ulangan
Para siswa akan
giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi
ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh
guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus terbuka, maksudnya
e)
Pujian
Apabila ada
siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu
diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan
f)
Hukuman
Hukuman sebagai
reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip
pemberian hukuman.
3)
Perubahan
strategi/metode belajar sesuai dengan kondisi real siswa. Artinya, saat metode
dalam kurikulum tidak kondusif Saat ini, metode belajar yang populer di
Indonesia yang dikenal dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan). Aktif artinya ketika proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif untuk bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Inovatif artinya bagaimana guru
menciptakan pembelajaran yang bisa membuat siswanya berpikir bahwa learning is
fun, sehingga tertanam didalam pikiran siswanya tidak akan ada lagi perasaan
tertekan dengan tenggat waktu pengumpulan tugas dan rasa bosan tentunya.
Kreatif artinya agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya bagaimana
guru mampu menciptakan apa yang harus dikuasai oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung tanpa menyia-nyiakan waktu. Dan Menyenangkan artinya
suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan
perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya
tinggi.
4)
Penggunaaan
media belajar yang inovatif, yang mampu menarik perhatian dan meotivasi siswa.
Penggunaan perangkat tambahan seperti LCD Projector atau OHP selain merupakan
sarana untuk mempermudah penyampaian guru juga berfungsi sebagai sarana untuk
meningkatkan perhatian belajar siswa. Sebab ada siswa yang mampu belajar cepat
secara audio visual dan nonaudio visual.
5)
Orang tua,
dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang paling penting dalam memotivasi
anaknya. Sebab sebagian besar waktu yang dihabiskan anak setelah sekolah yaitu
di rumah. Setiap orang tua memiliki cara yang berebeda-beda dalam hal
memotivasi anak-anaknya. Di sini guru/BK bisa melakukan kerja sama dengan orang
tua siswa.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik seperti beberapa contoh di atas sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa
dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan
motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang
tepat, dan kadang-kadang juga bisa tidak kurang sesuai. Hal ini guru harus
hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para
anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak
menguntungkan perkembangan belajar siswa.
Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di atas, sudah
barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa dimanfaatkan. Hanya yang
penting bagi guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan
diarahkan untuk dapat menghasilkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada
mulanya, karena ada sesuatu bentuk motivasi siswa itu rajin belajar, tetapi
guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan
menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna
bagi kehidupan subjek dalam belajar.
[1] Dwi Adi K., KAMUS PRAKTIS BAHASA INDONESIA
Dilengkapi Ejaan Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. (Surabaya: Fajar
Mulya, 2001), hlm. 231.
[3] Arif Setyawan, PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
TENTANG :MENGIDENTIFIKASI KONSEP DASAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN, fakultas
tarbiyah dan keguruan, diakses dari
http://kajianmilikkita.blogspot.co.id/pengelolaan-pembelajaran-tentang-mengidentifikasi-konsep-dasar-pengelolaan-pembelajaran/fakultastarbiyahdankeguruan.html pada tanggal 31 Maret 2018
0 Silahkan Berkomentar Blogger 0 Facebook
Post a Comment
Sampaikanlah kritik dan saran anda yang bersifat membangun di kolom komentar untuk kesempurnaan dan kenyamanan anda dalam membaca. Terima kasih atas kerja samanya.