PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
       Sepanjang sejarahnya sejak awal dalam pemikiran islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan umat Islam. Dari pola yang bersifat tradisional, yang selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistis dan mengembangkan pola pendidikan sufi. Pola pendidikan ini sangat memperhatikan aspek-aspek batiniah dan akhlak atau budi pekerti manusia. Sedangkan dari pola pemikiran yang rasional, yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material. Dalam mengetahui pemikiran- pemikairan dalam sejarah islam, makalah ini akan membahas beberapa masalah yang berhubungan dengan profil pendidikan islam. Dan pada masa kemunduran islam juga terdapat beberapa ulama' yang berperan pada masa itu. Maka dari itu dalam makalah ini juga akan menyebutkan ulama' yang terkenal pada masa itu.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah profil  pendidikan islam pada masa kemunduran?
2.      Siapakah ulama' terkenal pada masa kemunduran islam ?

C.      Tujuan
1.      Mengetahui profil pendidikan islam pada masa kemunduran
2.      Mengetahui ulama' terkenal pada masa kemunduran islam


PEMBAHASAN

A.       Profil Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran
            Adapun profil pendidikan pada masa kemunduran pendidikan Islam dapat kita tampilkan secara garis besarnya. Sistem pengajaran pada masa Mameluk sudah mengarah kepada metode penghafalan, maka pada masa Mameluk metode menghafal berbagai matan merupakan sistem pengajaran yang sudah melembaga seperti menghafal Matan al-Jurumiyah, Matan Taqrib, Matan Alfiyah, Matan Sullan, dan lain-lain. Sistem diskusi, simposium yang pernah berkembang pada masa kejayaan pendidikan Islam tidak terdengar lagi penyelenggaraan. Disamping itu, ilmu tasawuf merupakan satu-satunya ilmu yang berkembang sangat pesat.
            Kenyataan diatas memang dapat dibuktikan karena ulama-ulama pada masa Mameluk boleh dikatakan tidak ada mencipta lagi, lebih-lebih pada masa Usmaniyah. Mereka hanya mengunyah-ngunyah kitab-kitab para ulama terdahulu dengan meringkas kitab-kitab lama yang panjang.
            Biasanya, kurikulum dilaksanakan atas metode urutan mata pelajaran. Jadi, sebagai contoh urutan tersebut; Bahasa dan Tata Bahasa Arab, Kesusastraan, Ilmu Hitung, Filsafat, Hukum, Yurisprudensi, Teologi, Tafsir al-Qur'an dan Hadits. Si murid melewati kelas demi kelas dengan menyelesaikan satu mata pelajaran dan memulai lagi satu mata pelajaran yang lebih tinggi. Dengan sendirinya sistem ini tidak memberikan banyak waktu untuk setiap mata pelajaran. Tetapi metode ini bukanlah satu-satunya metode yang dipakai. Seringkali seorang murid mulai dengan suatu ringkasan dalam sebuah mata pelajaran dan di kelas selanjutnya  ia mempelajari pelajaran yang sama secara terperinci dengan disertai komentar-komentar.
Tugas guru pada masa ini adalah mengajarkan komentar-komentar orang lain disamping teks aslinya dan biasanya tanpa menyertakan komentarnya sendiri dan bahkan tidak ada persesuaian pendapat tentang mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya.
            Begitulah gambaran keadaan pendidikan pada masa Mameluk dan Usmaniyah ini, para pelajar banyak yang melarikan diri dari belajar filsafat, eksakta dan ilmu-ilmu Aqliyah lainnya ke dunia pembahasan Naqliyah semata. Apalagi al-Azhar telah mengharamkan filsafat sehingga pengetahuan yang dirintis pada masa kebangkitan pendidikan Islam dan maju pesat pada masa kejayaan pendidikan Islam menjadi ilmu pengetahuan yang menjijikkan. Sebagai gantinya tasawuf berkembang pesat yang ditandai dengan berkembangnya berbagai macam thariqat dan memberikan pengaruh yang sangat besar pada masa itu.


B.      Beberapa Ulama Terkenal Pada Masa Kemunduran
       Ada beberapa ulama yang terkenal pada pada masa kemunduran islam adalah sebagai berikut:
1.      Syaikh Muhammad Abdul Wahab
     Dengan berlalunya pemerintahan Khalifah ar-Rasyidun berarti berlalunya pemerintahan paling salih dalam sejarah Islam dan secara serius telah merosot pula kerohanian Islam. Tidak disangsikan lagi bahwa kemajuan materi tetap terus berjalan dan batas-batas negara Islam semakin membengkak ke semua arah membawakan daerah kekuasaan baru ke dalam pangkuannya. Akan tetapi semangat yang menuntun tindakan khalifah yang salih telah hilang semangat rohani telah berubah menjadi semangat mencapai kemajuan duniawi semata. Munculnya kekuasaan Umayyah memberikan pukulan yang mematikan kepada kekuasaan salih yang demokratik sebagaimana zaman Khalifah Ar Rasyidun. Berturut-turut lahir monarki yang kejam dan kepala negara diangkat berdasarkan keturunan dengan nama khalifah Banu Umayyah. Di dalam kerajaan ini Baitul Mal berada di bawah kekuasaan penguasa mereka menggunakan dengan seenaknya saja untuk pencapaian tujuan yang keji atau untuk menunjang kebesaran serta kemewahan. Banyak Muslimin yang tewas dalam pertempuran melawan Banu Umayyah. Karenanya sampai-sampai orang shaleh yang mashur namanya dari Basrah Hasan Basri menyatakan syukur kepada Allah karena orang-orang Islam telah bebas dari“momok” penguasa seperti Yazid ibn Ziyat dan pimpinannya Hallaj bin Yusuf salah seorang tiran yang tersebar yang pernah ada. Keluarga Abbasiah menggantikan banu Umayyah. Dinasti pengganti ini memperoleh kebesaran dan kejayaan yang belum pernah ada di muka bumi. Tidak disangsikan lagi mereka itu bertanggung jawab atas kemajuan ilmu pengetahuan budaya dan kesenian yang tidak ada taranya pada abad pertengahan. Tetapi mereka banyak terpengaruh oleh kebudayaan Rusia yang menyusup dalam segala lapisan kehidupan metropolis Abbasiah di Baghdad. Pengenalan kebudayaan Rusia kepada orang-orang Arab menimbulkan banyak efek negatif termasuk pengaruh mistik platonik yang melakukan pemujaan orang- orang suci beserta makamnya. Kehidupan duniawi yang dinamis beserta pengabdian rohani seperti diajarkan dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad saw dengan para sahabatnya yang mulia telah digantikan dengan pesimisme dan spiritualisme negatif dari para sufi ekstreem yang menekankan segalanya untuk akhirat. Pencemaran atas semangat jiwa Islam telah mencapai tingkat paling parah di beberapa negara Islam. Segala macam kebatilan dan takhayul yang dipraktekkan kaum Hindu diikuti orang- orang Islam. Kaisar Mongol Akbar yang buta huruf yang disebut-sebut sebagai “Akbar yang Agung” oleh sejarawan non-Islam telah mengambil banyak ritual dan praktek- praktek Hindu di negaranya serta memperkenalkan agama baru “Deen-e-Elahi” dengan pengikut beberapa orang saja. Untunglah agama itu mati sendiri setelah pendirinya meninggal dunia. Arabia tempat kelahiran Islam jatuh merana ke dalam keadaan yang terabaikan sejak jatuhnya Kerajaan Abbasiah. Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di antara suku mengalami kemunduran baik di bidang rohani maupun di bidang material. Di dalam suasana yang menyedihkan itu lahirlah di Nejed tahun 1703 Masehi seorang pemikir dan pembaharu Islam yang besar Syeikh Muhammad Abdul- Wahhab yang kemudian menjadi pionir gerakan Islam puritan yang bertujuan memugar kembali ajaran yang suci yang telah dicemari kebudayaan-kebudayaan kotor penuh dengan bau syirik.      Gerakan Wahhabi bertujuan memurnikan Islam terlepas dari segala praktek yang tidak sehat dan penuh takhyul yang telah menyusup ke dalam Islam karena hubungannya dengan pengaruh non Islam. Abdul- Wahhab tergolong Banu Siman dari Tarnim dilahirkan1703 Masehi di Uyaina suatu tempat yang sekarang tinggal puing-puing. la belajar di Madinah pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Kedua orang guru ini menemukan tanda- tanda masa depan ijtihad pada anak muda ini. Kemudian anak muda ini mengadakan perjalanan untuk beberapa tahun; empat tahun di Basrah lima tahun di Baghdad setahun di Kurdistan dua tahun di Hamdan dan empat tahun di Isfahan tempat ia mempelajari filsafat tasawuf dan ishrakiya. Sekembalinya ke Uyaima ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung dan baru setelah itu ia mengajukan doktrin-doktrinnya seperti tercantum dalam kitab al- Tauhid kepada masyarakat. Pada permulaan hampir ia tidak berhasil karena mendapatkan banyak tantangan kebanyakan dari saudaranya sendiri termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pandangannya mendapatkan perhatian di luar Uyaima sehingga ia bersama keluarganya meninggalkan tempat nenek moyangnya dan pergi ke Dariya. Kepala suku Muhammad bin Saud menerima doktrinnya dan melakukan propaganda untuknya. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya Abd-al-Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota dan di sana Pengikutnya makin lama makin bertambah. Keluarga Saud yang kehidupannya terlibat dalam peperangan dengan kepala-kepala suku ia membangun masjid yang sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas. lainnya selama 28 tahun. Selama kurun waktu ini lbn Saud dan putranya Abd-al- Aziz seorang jenderal yang mahir pelan-pelan tetapi pasti mencari keunggulan.

2.      Syaikh Hasan Al Banna
       Ia dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah Mesir tahun 1906 M. Ayahnya Syaikh Ahmad al- Banna adalah seorang ulama fiqih dan hadits. Sejak masa kecilnya Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun atas anugerah Allah Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al- Qur’an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al- Qur’an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tidak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum. Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al- Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i’dadiyah beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa kisahnya begini Suatu siang usai belajar di sekolah sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka
berada di samping mushalla maka adzan pun berkumandang. Saat itu murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya ia khawatir kalau- kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur’an “Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.”. Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa’id imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap “rombongan anak-anak kecil” tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu tiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla! Pada usia 21 tahun beliau menamatkan studinya di Darul ‘Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma’iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalamikegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara
penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil terhadap ajaran Islam. Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada
Allah mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan. Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang
didirikannya “Al-Ikhwanul Muslimun” bekerja keras siang malam menulis pidato mengadakan pembinaan memimpin rapat pertemuan dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani usahawan ilmuwan ulama dokter mendukung dakwah beliau. Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi beliau memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab hanya ada satu kelompok yang sangat
ditakuti Yahudi yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat sobat kental Yahudi mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah. Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepanrapat Ikhwanul Muslimin. . Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti meskipun musuh- musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka dan Allah tetap menyempurnakan cahaya Nya meskipun orang-orang kafir benci. Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna adl masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa dijebloskan ke penjara bahkan dihukum mati terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer seorang diktator yang
condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adl bumi Allah di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah siksaan tekanan pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri sehingga dakwah Islam makin tersebar luas. Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur’an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur’an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adl Al-Qu’an dan Terjemahannya keluaran Depag RI kemudian Tafsir Al- Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya Saya meyakini “Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq . Al-Qur? an itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat.” Saya berjanji “Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Qur?an dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia.” Saya meyakini “Sesungguhnya istiqomah kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam.” Saya berjanji“Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak- akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan kecuali jika terpaksa akan selalu mengumandangkan syiar- syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat utk seluruh lapisan umat ini.” Saya meyakini “Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya. Saya berjanji “Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya.” Saya meyakini “Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya diantara kewajibannya menjaga kesehatan aqidah dan akhlak mereka.” Saya berjanji “Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya dengan pelajaran- pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa buletin- buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam.” Saya meyakini“Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam.” Saya berjanji “Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi tersebut.” Saya meyakini “Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu yang diikat dalam satu aqidah islam bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik kepada seluruh manusia.” Saya berjanji “Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka.” Saya meyakini“Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam krn jauhnya mereka dari “dien” mereka dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum- hukumnya itu semua mungkin apabila tiap kaum muslimin bekerja untuk itu.
       Meskipun keterpurukan dan kemunduran terjadi dalam pendidikan Islam, namun pada masa Mameluk dan Usmaniyah masih terdapat ulama-ulama mujtahid, tetapi tidak dapat dikategorikan kepada imam mujtahid mutlak seperti imam mujtahid pada masa kejayaan pendidikan Islam. Adapun imam mujtahid dimaksud adalah seperti:
1.      Izuddin bin Abdus Salam (wafat 660 H).
2.      Ibnu Hajar al-Asqalny (774-852 H).
3.      Imam Nawawi as-Syafi’e (631-676 H).
4.      Syekh Zakaria al-Anshary (wafat 924 H).
5.      Syekh Samsuddin Ramaly (wafat 1004 H).






http://zhenhal.blogspot.com


0 Silahkan Berkomentar Blogger 0 Facebook

Post a Comment

Sampaikanlah kritik dan saran anda yang bersifat membangun di kolom komentar untuk kesempurnaan dan kenyamanan anda dalam membaca. Terima kasih atas kerja samanya.

 
Copyright © 2014 -. Member Blog ( Mb ) All Rights Reserved. Powered by Blogger
Privacy Policy Top