PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusiapun mempunyai potensi untuk melaksanakannya, dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup untuk kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Untuk dapat mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidupnya dan apa pula tugas hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan alam dan lingkungan serta manusia harus pula memahaminya. Bagaimana hidup dalam masyarakat dan ia harus menyesuaikan diri di dalamnya. Hidup dalam cipta dan kebudayaannya serta keyakinan dan kepercayaannya pula. Sementara itu dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, terlihat bahwa alam lingkungannya berubah, berkembang, pengetahuan dan kebudayaannya pun berkembang, sehingga niali-nilai pun berubah pula. Dan tanpa dilihat dengan nyata, ternyata kualitas hidup dan kehidupannya pun berangsur-angsur berubah menuju pada kesempurnaan dalam artian menjadi lebih baik melalui pengetahuan dan cara berfikir yang baik.[1]
Filsafat pendidikan adalah pengetahuan tentang sistem berfikir kritis,sistematis, logis, radikal dan spekulatif tentang metode, pendekatan, pola dan berbagai model pendidikan baik secara formal maupun non formal.[2] Segala bentuk pendidikan yang dijalani setiap manusia berbeda-beda yang masing-masing memiliki kegunaan atau fungsi serta tujuan. Dalam hal berfilsafat dan mejalani proses pendidikan setiap manusia menjalani ruang lingkup yang mendasar sehingga tujuan merka dapat tercapai dengan baik.
Dalam makalah kami ini, akan membahas tentang definisi dari filsafat pendidikan, kegunaan serta, ruang lingkup dalam filsafat pendidikan. Dimana setiap manusia dapat memahami arti dari berfilsafat dan keuntungan yang dapat dicapai dalam ruang lingkup yang baik.
Teori yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengetahui dunia luar seperti kenyataannya, tetapi hanya mampu mengetahui kesa-kesan yang ditimbulkan oleh akal atau tidak ada di dunia luar selain yang ada dalam fikiran individu, atau bahwa ilmu pengetahuan itu hanyalah asosiasi tertentu dari pernyataan akal pikiran pribadi, adalah hasil dari jalan pikiran manusia sebagai mahluk sosial.[3]
B.RUMUSAN MASALAH
1.      Jelaskan pengertian dari filsafat pendidikan ?
2.      Apakah kegunaan filsafat pendidikan ?
3.      Deskripsikan ruang lingkup filsafat pendidikan ?



PEMBAHASAN


A.PENGERTIAN
1.      Pengertian filsafat secara etimologi dan terminologi.
       Kata filsafat berasal dari bahasa inggris dan bahasa yunani. Dalam bahasa inggris yaitu philosophy sedangkan dalam bahasa yunani philein artinya cinta dan sofie, shopi atau Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan cinta kebijaksanaan. Kata kebijaksanaan dalam bahasa arab adalah hikmah. Oleh karena itu falsafah adalah hikmah.[4]
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari bahasa yunani  yang tersusun dari dua kata philien dalam arti cinta dan shopos dalam arti hikmah. Orang arab memindahkan kata philosophia dari bahasa yunani kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikan tabiat susunan kata arab yaitu falsafah dengan pola fa’lala,  fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafah seharusnya menjadi falsafah atau filsaf.
Dari pengertian secara etimologi itu ia memberikan definisi sebagai berikut:
a.       Pengetahuan tentang hikmah
b.      Pengetahuan tentang prinsip atau dasar dasar
c.       Mencari kebenaran
d.      Membahas dasar-dasar dari apa yang di bahas.[5]
Kemudian pengertian filsafat menurut Dr. Sondang P. siagian, M.PA. adalah cinta kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana seseorang harus berusaha mendalami hakikat sesuatu. Dengan kata lain bahwa berfilsafat berarti berusaha untuk mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakikat adanya sesuatu, fungsinya, cici-cirinya, kegunaannya, masalah-masalahnya, dan pemecahannya terhadap masalah-masalah tersebut.[6]
Dengan adanya pengertian atau definisi yang bermacam-macam itu terungkapkan juga oleh Drs. Sidi Gazalba, bahwa para filosof mempunyai pengertian atau definisi tentang filsafat sendiri-sendiri. Sebagai contoh ia mengemukakan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa ahli, antara lain :[7]
1.      Plato, mengatakan bahwa filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2.      Aristoteles, berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu yang umum sekali.
3.      Kant, mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan.
4.      Ficthe, menyebut filsafat sebagai wissenschaftslehre : ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
5.      Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian, yaitu teori dan praktek, yang keduanya berhubungan dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan,  yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.[8]

2.      Pengertian pendidikan
Secara sederhana dan umum, pendidikan bermakna sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.[9]
Bagi kehidupan umat manusia , pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Dalam hal itu, definisi tentang pendidikan itu sendiri sangat banyak. Para pemikir pendidikan berbeda pendapat tentang definisi pendidikan. Beberapa definisi tentang pendidikan dari pakar pendidikan tersebut, yang perlu kita ketahui diantaranya :[10]
a)      Prof. Langeveld, pakar pendidikan dari belanda ini mengemukakan, bahwa pendidikan ialah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasan.
b)      Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.
c)      Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
d)     Dalam dictionary of education dikemukakan, bahwa definisi pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat dimana ia hidup, proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimum (maksimal).
e)      Crow and crow mendefinisikan pendidikan sebagai proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

3.      Pengertian filsafat pendidikan
Para ahli banyak yang memberikan definisi tentang filsafat pendidikan, namun kesemuanya hampir sepakat untuk mengatakan bahwa filsafat pendidikan mengandung makna berfikir kritis, sistematis, dan radikal tentang berbagai problem kependidikan guna pencarian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar pendidikan benar-benar dapat menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan. Berikut dikutip beberapa definisi yang telah diberikan para ahli terhadap filsafat pendidikan itu.[11]
1)      Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan, bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.
2)      M. Arifin M.Ed., mengemukakan, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan.
3)      Ali Khalil Abu al-Ainain mengemukakan pula, bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berfikir filosofis tentang realitas  kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
Menurut al-Syaibani, filsafat pendidikan adalah aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.[12]
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan filsafat umum dan menitik beratkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.[13]
Menurut Ali Saifullah dalam bukunya  “Antara Filsafat dan Pendidikan” mengemukakan bahwa, filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi normative ilmiah, yaitu :
a.       Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep, tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b.      Kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.[14]
B.KEGUNAAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan sangat terkait dengan aktivitas manusia yang tugas utamanya adalah membantu pengembangan humanitas manusia untuk menjadi manusia yang berkepribadian mulia dan utama menurut karakteristik idealitas manusia yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan mengingat manusia memiliki potensi-potensi dalam taraf kodrat human dignity (martabat manusia) yang memiliki kesadaran diri yang mendorongnya untuk merealisasikan berbagai potensinya, sehingga berkembang dengan baik menjadi self realization (realisasi diri) yang akan menentukan bagi penunjukan jati diri yang ideal, agar dapat berfungsi dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya secara individu maupun sosial kemasyarakat.[15]
Filsafat pendidikan sebagai suatu upaya berfikir logis, kritis, radikal, sistematis, metodis, utuh, dan menyeluruh tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan permasalahan pendidikan dan aspek-aspek penting yang terkait dengannya. Sedemikian rupa sehingga berbagai upaya edukasi yang dilakukan dalam gerak langkah proses pendidikan benar-benar berdaya guna dan behasil guna dalam mencapai tujuan dan atau sasaran-sasaran yang telah dirumuskan. Upaya filsafat pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan proses kependidikan, baik dalam pencarian orientasi, aplikasi maupun evaluasi dan pengembangan. Pendidikan dan filsafat pendidikan merupakan dua mata uang yang menyatu dalam satu unit yang mengikat.[16]
1.      Fungsi tujuan pendidikan
Pengertian tujuan pendidikan sebenarnya terlingkup dalam pengertian pendidikan sebagai usaha secara sadar. Ada usaha yang terhenti karena mengalami kegagalan sebelum mencapai tujuan, namun usaha itu belum dapat disebut berakhir. Pada umumnya suatu usaha baru berakhir kalau tujuan terakhir telah tercapai.[17]
Dari pengertian uraian di atas maka semakin jelaslah pula fungsi tujuan pendidikan yang kita maksudkan yaitu :
a.       Mengakhiri tujuan itu.
b.      Mengarahkan tujuan itu.
c.       Suatu tujuan dapat pula merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik merupakan tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama.
d.      Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.
Kemudian dalam setiap usaha pencapaian tujuan pendidikan, John S. Brubacher dalam bukunya modern philosophies of education, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan mencakup tiga fungsi penting, yang bersifat normatif, yaitu :
a.       Tujuan pendidikan memberikan arah pada proses yang bersifat edukatif.
b.      Tujuan pendidikan tidak selalu member arah pada pendidikan tetapi harus mendorong atau memberikan motivasi yang baik.
c.       Tujuan pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan pedoman atau menyediakan kriteria-kriteria dalam menilai proses pendidikan.[18]
Ada yang merinci tujuan pendidikan dalam bentuk taksonomi (system klasifikasi) yang terutama meliputi :[19]
1)      Pembinaan kepribadian (nilai formil).
Ø  Sikap (attitude).
Ø  Daya fikir praktis rasional
Ø  Obyektivitas.
Ø  Loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
Ø  Sadar nilai-nilai moral dan agama.
2)      Pembinaan aspek pengetahuan (nilai material), yaitu materi ilmu itu sendiri.
3)      Pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis.
4)      Pembinaan jasmani yang sehat.
C.OBJEK DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN.
Sebagai cabang filsafat, maka kajian dalam bidang filsafat pendidikan mencakup berbagai aspek yang juga menjadi karakteristik kajian filsafat pada umumnya yang meliputi semua realitas yang wujud ataupun yang mumkin al-wujud. Hanya saja dalam konteks filsafat pendidikan lebih menekankan pada upaya perenyngan dan perefleksian realitas-realitas yang terdapat didalam kancah dunia kependidikan. sedemikian rupa, sehingga dengan perenungan yang utuh dan terpadu dapat ditemukan kebenaran-kebenaran dan kebijakan-kebijakan yang berguna bagi kemajuan dunia kependidikan itu sendiri. [20]
Kecuali itu, mengingat peristiwa pembelajaran bukan bangunan berdiri sendiri, tetapi terdapat berbagai  varian yang berkenaan dengan bangkitnya peristiwa pembelajaran itu sendiri, maka filsafat pendidikan juga memberikan aksentuasi kajiannya tentang aspek-aspek penting yang berhubungan dengan jalannya proses pembelajaran yang di maksud baik meliputi unsur tujuan, isi, metode, strategi dan prosedur, maupun unsur evaluasi dan penunjang penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Berdasarkan itu semua, maka realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain menyangkut hal-hal yang berkenaan dengan :[21]
1)      Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2)      Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berfikir dan berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat.
3)      Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan.
4)      Hakikat pendidik dan anak sebagai subjek-subjek yang terlihat langsung dalam pelaksanaan proses edukasi.
5)      Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktifitas pendidikan.
6)      Hakikat kurikulum sebagia tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan.
7)      Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan potensi subjek didik.
8)      Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraihan tujuan.
9)      Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat, seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem pemerintah, pendidikan, tata hukum dan adat dalam masyarakat.
10)  Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam masyarakat.
11)  Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam problem kependidikan.
12)  Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideologi  yang dianut dan berkembang dalam suatu masyarakat.[22]





[1] Dra.Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hal. 125.
[2] Drs.Hasan Basri, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 253.
[3] Prof. Dr. Abd. Rachman Assegaf, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal. 135.
[4] Drs.Hasan Basri, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2009), hal. 9.
[5] Dra. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hal. 3-4.
[6] Drs. H. Hamdani Ihsan; Drs. H.A Fuad Ihsan, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), hal. 10.
[7] Drs. H. Hamdani Ihsan; Drs. H.A Fuad Ihsan, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), hal.4.
[8] Dra. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012) , hal. 4.
[9] Choirul Mahfud, pendidikan multi cultural, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009),  hal. 32.
[10] Ibid,. hal. 33-34.
[11] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag. filsafat pendidikan, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 35.
[12] Abdul Khobir, filsafat pendidikan, (Pekalongan : STAIN Pekalongan press, 2007), hal. 3.
[13] H. Jalaluddin dan Abdullah Idi, filsafat pendidikan, (Yogyakarta : Ar Ruzz Media, 2007), hal. 19.
[14] Dra. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012),  hal. 18
[15] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag. filsafat pendidikan, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 36
[16] Ibid,. hal. 40
[17] Drs. H. Hamdani Ihsan; Drs. H.A Fuad Ihsan, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), hal. 61
[18] Drs. H. Hamdani Ihsan; Drs. H.A Fuad Ihsan, filsafat pendidikan islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), hal. 62.
[19] Dra. Zuhairini, dkk, filsafat pendidikan islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), hal. 161.
[20] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag. filsafat pendidikan, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 40.
[21] Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag. filsafat pendidikan, (Bandung : Refika Aditama, 2013), hal. 41.
[22] Ibid., hal. 41-42.
UNTUK MELIHAT CONTOH KATA PENGANTAR SILAHKAN KLIK DISINI

0 Silahkan Berkomentar Blogger 0 Facebook

Post a Comment

Sampaikanlah kritik dan saran anda yang bersifat membangun di kolom komentar untuk kesempurnaan dan kenyamanan anda dalam membaca. Terima kasih atas kerja samanya.

 
Copyright © 2014 -. Member Blog ( Mb ) All Rights Reserved. Powered by Blogger
Privacy Policy Top