PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan bimbingan
konseling di diselenggarakan dalam rangka suatu program bimbingan yaitu suatu
rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir, dan terkoordinasi
selama periode waktu tertentu. Suatu program bimbingan dan konseling dapat
disusun dengan berdasarkan pada suatu kerangka berfikir dan pola dasar
pelaksanaan tertentu.
Pelayanan bimbingan dan
konseling ditujukan untuk membantu klien atau anak bimbing untuk mengatasi
problematikanya dalam berbagai bidang yang dihadapinya. Pelayanan bimbingan dan
konseling sesuai dengan perkembangan keidupan manusia yang semakain kompleks,
maka bimbingan dan konselingpun berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat.
Dalam mengembangkan
model-model bimbingan konseling, terbentuk beberapa bidang bimbingan konseling
yang diantaranya bimbingan individual atau perseorangan, bimbingan sosial, dan
bimbingan konseling kelompok.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana model bimbingan konseling?
2. Bagaimana Model Parsonian?
3. Bagaimana Model Bimbingan dan Konseling Identik dengan
Pendidikan?
4. Bagaimana Model Bimbingan Kontemporer?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui model bimbingan dan konseling
2.
Untuk lebih memahami isi dari pada model bimbingan dan
konseling.
PEMBAHASAN
A. Model Bimbingan
Konseling
Model-model bimbingan
konseling bermula dari gerakan bimbingan konseling di Amerika yang dikembangkan
di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di
sekolah-sekolah. Istilah model menurut Shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu
konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua
persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang
tertentu untuk mengahdapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan
lingkungan pendidikan sekolah di AS.
Model-model bimbingan ini
mengalami perkembangan mulai dari awal hingga akhir. Berikut ini yang termasuk
model bimbingan priode awal adalah sebagai berikut:
1. Model Parsonian
Upaya ini Frank
Parson menjodohkan
karakteristik yang meliputi, kemampuan, minat, dan tempramen individu dengan
sayrat-syarat yang dituntun suatu pekerjaan. Maksudnya, ketika individu
bekerja pada pekerjaan yang sesuai dengan karakteristiknya, maka ia akan
menguntungkan dirinya dan juga masyarakat atau tempat ia bekerja. Ada tiga
faktor yang mempengaruhi keberhasialan memilih pekerjaan menurut Parson, yaitu :
a. Man Analysis
Dalam hal ini konselor dan klien bekerjasama untuk
memahami apa minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki klien.
b. Job Analysis
Individu mempelajari tetang berbagai lini pekerjaan, apa
persyaratannya, bagaimana peluangnya, dan bagaimana prospek pekerjaan tersebut.
c. Joint and Cooperative Comparison of These Two Sets of Analysis
Konselor bersama klien
memadukan atau menjodohkan kedua data hasil analisis di atas.
Dengan manganalisis individu
itu sendiri dan pekerjaan yang akan dipilih, hasil dari kedua analisis tadi
digabungkan untuk membuat keputusan mengenai pekerjaan yang akan diambil.
Model ini memberikan
kontribusi dalam perkembangan bimbingan, terutama dalam membantu individu
memilih pekerjaan.
2. Model Bimbingan dan Konseling Identik dengan Pendidikan
Yang mengemukakan bahwa
konsep bimbingan identik dengan pendidikan adalah Brewer,
Melalui bukunya Education as Guidance, yang
dipublikasikan pada tahun 1932.
Browser berpendapat bahwa
pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa (peserta didik) agar mampu
melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang bermakna, melalui pengetahuan dan
kebijakan. Istilah bimbingan dan pendidikan sering digunakan secara bergantian
oleh Brewer. Brewer mengemukakan beberapa kriteria bimbingan sebagai berikut:
a. Individu
dibimbing dalam upaya menyelesaikan suatu masalah, tugas, atau mencapai tujuan.
b. Individu
dibimbing biasanya berdasarkan inisiatifnya.
c. Bimbingan
bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman.
d. Pembimbing harus
memiliki pengetahuan, pengalaman, dan kebijakan.
e. Bimbingan
hendaknya memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh pengalaman dan
wawasan baru.
f. Individu
dibimbing secara progresif dan mengambil keputusan sendiri.
g. Bimbingan
memberika bantuan kepada individu agar dapat membimbing diri sendiri dan lebih
baik.[1]
Selanjutnya model-model
bimbingan priode berikutnya adalah
sebagai berikut:
1) Bimbingan
sebagai Distribusi dan Penyesuaian
Pada Pertengahan tahun 1920-an, William M. Proctor mengemukakan bahwa
sekolah menenga atas di Amerika sangat memerlukan program bimbingan. Dia
menyakini bahwa para siswa membutuhkan bantuan dalam memilih bidang studi,
kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan lanjutan, dan sekolah-sekolah kejuruan
sesuai dengan kemampuan, minat, dan tujuannya.
Selanjutnya, tahun 1930-an
Koos dan Kefauver memperkuat pendapat Proctor dan menekankan bahwa bimbingan
harus menekankan pada dua fungsi pokok sebagai berikut:
a. Distribusi. Konselor
membantu individu untuk menentukan apa tujuannya dan diharapkan dapat memahami
tentang dirinya dan juga lingkungannya. Dalam hal ini, individu dibantu untuk
menemukan peluang-peluang dalam pendidikan dan pekerjaan.
b. Penyesuaian.
Dalam hal ini siswa dibantu untuk menyesuaikan diri.
Bimbingan yang berfungsi distributif
dan penyaluran bertujuan sebagai berikut:
a. Membantu siswa
meperoleh tingkat efisiensi dan kepuasan yang tinggi sesuai dengan tujuannya.
b. Membantu memilih
kegiatan di luar sekolah yang membuat dirirnya bahagia.
c. Membantu
merencanakan tujuan yang ingin dicapai.
d. Membantu sisa
memperoleh informasi mengenai perencanaan dan peluang-peluangnya sesuai dengan
kemampuan dan minat
2) Bimbingan
sebagai Proses Klinis
Bimbingan model klinis ini
pertama kali diperkenalkan oleh M.S.
Viteles, Donald G. Paterson, dan E.G Williamson.Bimbingan model ini mucul
karena pendekatan bimbingan di sekolah dianggap tidak ilmiah.Dalam model klinis
menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseli dengan
menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.Sehingga dengan model klinis
ini kegiatan bimbingan menjadi lebih efektif, lebih objektif, lebih ilmiah
dalam mengumpulkan data klien.
3) Bimbingan
sebagai Pengambilan Keputusan
Bimbingan sebagai pengambil
keputusan ini pertama kali dikemukakan oleh Jones
dan Myer. Model bimbingan ini berasumsi bahwa keragaman antara individu
cukup berarti, baik dalam aspek abilitas maupun interes dan permasalahan tidak
dapat diselesaikan oleh individu itu sendiri
tanpa bantuan dari orang lain. Dalam hal ini konselor bertugas untuk
mendorong individu memahami pilihannya dalam mengambil keputusan serta
memberikan informasi kepada klien tentang peluang-peluang dari setiap
alternatif pilihan yang ada.
4) Bimbingan sebagai Sistem elektrik.
Bimbingan
sebagai sistem elektrik tidak dapat didefinisikan dengan satu teori tunggal,
tetapi merupakan representasi dari pendapat atau teori Strang, Traxler,
Erickson, Froechlich, Darley, Thorne, dan yang lainnya. Model bimbingan ini
merupakan kompromi dari beberapa teori dalam upaya mereduksi polarisasi dua
kutub pelayanan yang pendekatannya sangat berbeda, yaitu kutub pelayanan yang
pendekatannya sangat berbeda, yaitu
kutub konseling direktif dari Williansom dan kutub konseling
non-direktif dari Rogers.
3. Model Bimbingan Kontemporer
a. Bimbingan
sebagai Konstelasi Layanan
Kenneth
B. Hoyt mengemukakan bahwa program bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung jawab dari
komponen sekolah, ini berarti konselor tidak bekerja sendiri. Selain itu Hoyt
mengemukakan bahwa konselor adalah figur kunci dalam program bimbingan dan
pekerjaan konselor lebih utama menjalin hubungan dengan komponen sekolah,
seperti dengan guru dan kepala sekolah daripada dengan psikolog, pekerja
sosial, dan sebagainya. Pada intinya Hoyt meyakini bahwa layanan bimbingan akan
tercapai dengan maksimal jika diintegrasikan atau diselaraskan dengan tujuan
sekolah.
b. Bimbingan Perkembangan
Para ahli pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L Chapman penyusun buku Developmental Guidance in the Secondary School, Herman . Peters dan
Gail Farwell penyusun buku Guidance: A
Developmental Approach, dan Robert Mathewson penyusun buku Guidance Policy and Practice. Pada model ini, bimbingan dan konseling dipandang
sebagai suatu proses perkembangan yang menekankan pada upaya membantu semua
individu dalam fase perkembangannya agar dapat tumbuh secara optimal. Layanan
bimbingan pengembangan bersifar komperhensif, meliputi semua rentang kehidupan.
Perhatian utama model ini adalah perkembangan positif semua aspek perkembangan
individu yang dalam penyelenggaraannya bekerjasama dengan semua pihak.
Bimbingan pengembangan
didasarkan kepada landasan filosofis, individualistis, dan organisatoris.[2]
c. Bimbingan
sebagai Ilmu Pengetahuan tentang Kegiatan yang Bertujuan
Model
bimbingan ini diajukan sejak tahun 1962 oleh Tiedeman dan Field.Tiedeman dan Field mendefinisikan bimbingan
sebagai kegiatan professional yang menggunakan suatu ilmu pengetahuan tentang
kegiatan bertujuan dalam struktur pendidikan yang spesifik. Mereka menekankan
bahwa bimbingan harus eksis dalam proses pendidikan, sehingga posisi konselor
tidak dipandang berada di samping pendidikan, tetapi ada di dalam pendidikan
itu sendiri, serta pencapaian aplikasi bimbingan ini akan lebih efektif.
d.
Bimbingan sebagai Rekonstruksi Sosial
Edward J. Shoben mengembangkan model ini pada
tahun 1962.Ia berpendapan bahwa konselor adalah pemimpin dalam merekonstruksi
atau memperbaiki keadaan sosial di sekolah. Tugas utama bimbingan adalah
membantu mengembangkan potensi inividu dan menemukan cara-cara mengekspesikan
diri individu itu sesuai dengan norma yang ada.
e.
Bimbingan sebagai Pengembangan Pribadi
Model ini dikembangkan oleh Chirs D. Kehas pada
akhir tahun 1960-an. Model ini merupakan tahap awal dalam membangun kerangka
kerja konseling di sekolah.
Kehas berpendapat bahwa Teaching dan conseling merupakan dau
pendekatan yang berhubungan dengan siswa, yang bersifat komplementer dan
kolaboratif. Dua pendekatan itu sama-sama penting dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
f.
Konseling Keterampilan Hidup (Life Skils Counseling)
Konseling keterampilan hidup
dalam melaksanakan pendekatannya didasarkan kepada 4 asumsi berikut.
Banyak masalah yang di bawa kepada konselor
merupakan refleksi hasil belajar klien.
a.
Walaupun faktor-faktor ekternal berkontribusi terhadaf
masalah klien, tetafi yang paling berpengaruh adalah kelemahan klien dalam
berfikir dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut.
b.
Konselor yang efektif adalah yang mampu menciftakan
“supertive helping, relationshif”
c.
Tujuan utama konseling adalah membantu klien agar
mampu membantu dirinya sendiri.
proses konseling keterampilan hidup meliputi:
a.
tujuan konseling,
b.
tahap konseling, [3]
g.
Konseling resfectful (pemikiran baru tentang konseling
diversitas)
Dalam upanya membantu
konselor agar mampu memberikan layanan konseling secara epektif klien yang
beragam latar belakannnya, kerangaka kerja konseling ini menekankan tentang
perlunya konselor menyadari, bahwa perkembangan psikologis, baik dirinya maupun
klien di pengaruhi oleh faktor-faktor yang multi dimensi.
Aspek-aspek model konseling
resfecful ini meliputi: identitas religious (R), latar belakang ras, budaya,
atau etnik (E), identitas seksual (S), kematangan psikologis (P), staus sosial
ekonomi (E), tantangan kronologis (C), ancaman (Thereat), terhadap kesejahtraan
individu (T), sejarah keluarga (F), keunikan karakteristik fisik (U) lokasi
tempat tinggal (L).
h.
Konseling relegius (Islami)
Imam Magid mengemukakan
bahwa konseling islami itu diorentasikan untuk memecahkan masalah pernikahan
dan keluarga kesehatan mental dan kesadaran beragama. Menurut dia konseling ini
memiliki prinsif yaitu, keberhasilan, kepercayaan, kecintaan berbuat baik
kepada orang lain, mengembangkan sikap persaudaraan, atau menciftakan sikap
damai di antara sikaf persaudaraan, atau menciftakan sikaf damai di antara
sesama,
Secara khusus, konseling
islami bertujuan membantu individu agar memiliki sikap, kesadaran, pemahaman,
atau prilaku sebagai berikut:
1) Memiliki
kesadaran dan hakikat dirinya sebagai makhluk atau hamba Allah
2) Memiliki
kesadaran akan fungsi hidupnya di dunia sebagai khalifa
3) Memahami dan
menerima keadaan dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) secara sehat.
4) Memiliki
kebiasaan yang sehat dalam cara makan, tidur, dan menggunakan waktu luang
5) Bagi yang sudah
berkeluarga seyogiannya menciptkan iklim kehidupan keluarga yang fungsional
6) Memiliki
komitmen diri untuk senantiasa mengamalkan ajaran agama (beribadah) dengan
sebaik-baiknya, baik yang bersifat habluminallah maupun habluminannas
7) Memiliki sikap
dan kebiasaan belajar atau bekerja yang positif
8) Memahami masalah
dan menghadapinya secara wajar taba atau sabar
9) Memahami
faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah atau stress
10) Mampu mengubah
persepsi atau minat
11) Mampu mengambil
hikma dari musibah (masalah) yang di alami
12) Mampu mengontrol
emosi dan berusaha meredamnya dengan introsfeksi diri. [4]
B. Bidang-Bidang
Bimbingan dan Konseling
1. Bimbingan dan Konseeling individu
Bimbingan dan konseling
individu meliputi
a.
Makna Bimbingan Individu
Bimbingan
individu atau pribadi bisa dimaknai sebagai suatu bantuan dari pembimbing
kepada terbimbing agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi
dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara baik.[5]
Konseling
adalah hubungan yang berupa bantuan satu-satu yang berfokus kepada pertumbuhan
dan penyesuaian pribadi, dan memenuhi kebutuhan akan penyelesaian-problem dan
pengambilan keputusan. Konseling individu sejak hari-hari awal gerakan
konseling sudah diidentifikasikan sebagai aktivitas inti di mana semua
aktifitas lain berfungs efektif.[6]
Proses
ini dimulai ketika suatu kondisi berupa kontak atau relasi psikologis terbentuk
antara konselor dan klien, ia akan bergerak maju ketika kondisi-kondisi
tertentu yang esensial bagi kesuksesan proses konseling terpenuhi.
b.
Tujuan Bimbingan Individu
Berdasarkan
makna bimbingan individu yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa
bimbingan pribadi bertujuan untuk membantu individu agar bisa memecahkan
masalah-masalah yang bersifat pribadi.
Adapun
tujuan bimbingan pribadi adalah untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan
pribadi, mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya secara baik, serta bertujuan agar individu mampu mengatasi
dirinya sendiri, mengambil sikap sendiri atau memecahkan masalah sendiri yang
menyangkut dengn keadaan batinnya sendiri.
Dalam
bimbingan dan konseling islam, bimbingan individu bertujuaan agar konseli mampu
menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.[7]
Bidang
bimbingan individu ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1)
Penanaman dan pemantapan
sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2)
Penanaman dan pemantapan
pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan
yang kreatif dan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk
peranan di masa depan.
3)
Pengenalan dan pemantapan
pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya
melalui kegiatankegiatan yang kreatif dan produktif.
4)
Pengenalan dan pemantapan
pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
5)
Pemantapan kemampuan dalam
mengambil keputusan.
6)
Pengembangan kemampuan
mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang telah diambilnya.
7)
Pemantapan dalam perencanaan
dan penyelenggaraan hidup sehat, baik cara ruhaniah maupun jasmaniah.
c.
Bentuk-bentuk Layanan
Bimbingan Pribadi
Ada
beberapa macam bentuk layanan bimbingan pribadi,[8] yaitu:
pertama,
layanan informasi. Informasi tentang tahap-tahap perkembangan dapat mencakup
perkembangan fisik, motorik, bicara, emosi, sosial, penyesuaian sosial,
bermain, kreativitas, moral, seks dan lainnya.
Kedua, pengumpulan data.Data yang dikumpulkan berkenaan
dengan layanan bimbingan pribadi dapat mencakup identitas individu, kejesmanian
dan kesehatan, riwayat pendidikan, prestasi, bakat, minat, dan lainnya.
Ketiga, orientasi. Layanan orientasi bidang pengembangan
pribadi mencakup: suasana, lembaga dan objek pengembangan pribadi.
2. Bimbingan dan Konseling Kelompok
a.
Makna bimbingan kelompok
Bimbingan
kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok.[9]
Istilah
bimbingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivitas kelompok yang
berfokus kepada penyediaan informasi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok
yang terencana dan terorganisasi. Bimbingan kelompok bisa juga diorganisasikan
dengan maksud mencegah berkembangnya problem.Isinya dapat meliputi informasi
pendidikan, pekerjaan, pribadi atau sosia, bertujuan menyediakan bagi
anggota-anggota kelompok informasi akurat yang dapat membantu mereka membuat perencanaan
dan keputusan hidup yang lebih tepat.
Istilah
konseling kelompok mengacu kepada penyesuaian rutin atau pengalaman
perkembangan dalam lingkup kelompok.Konseling kelompok difokuskan untuk
membantu konseli untuk mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan
perkembangan kepribadian hari ke hari.[10]
b.
Tujuan bimbingan kelompok
Tujuan
yang hendak dicapai oleh bimbingan kelompok ialah menerima informasi. Lebih
jauh, informasi itu akan dipergunakan untuk menyusun rencana dan membuat
keputusan, atau untuk keperluan lain yang relevan dengan informasi yang
diberikan.
3. Bimbingan Konseling Sosial
a.
Maknabimbingan sosial
Bimbingan
sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan
masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian
diri dan sebagainya.Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan
dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.[11]
b.
Tujuan bimbingan sosial
Tujuan
utama pelayanan bimbingan sosial adalah agar individu yang dibimbing mampu
melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya.[12]
Bimbingan
sosial juga bertujuan untuk membantu individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam masalah sosial, sehingga individu dapat menyesuaikan diri secara baik dan
wajar dalam lingkungan sosialnya.
Dalam
bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berusaha
membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya
yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.[13]
Bidang
ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
1)
Pengembangan dan pemantapan
kemampuan berkelompok, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2)
Pengembangan kemampuan
bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah maupun di
masyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai
agama, adat, peraturan, dan kebiasaan yang berlaku.
3)
Pengembangan dan pemantapan
hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan teman sebaya, baik di
sekolah yang sama, di sekolah lain, di lur sekolah, maupun di masyarakat pada
umumnya.
4)
Pengenalan, pemaaman, dan
pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan
lingkungan, serta upaya dan kesadaran untuk melaksanakannya secara dinamis dan
bertanggung jawab.
5)
Pemantapan kemampuan
menerima dan mengemukakan pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif,
dan produktif.
6)
Orientasi tentang hidup berkeluarga.
[1] Dr.
Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006) hlm. 45-47
[4]
Ibid, hlm.63-76
[5] Drs. Tohirin, M.pd, Bimbingan
dan konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 124
[9]. Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed, Dasar-dasar
Bimbingan dan konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 309.
Related Posts
Pandangan Islam Terhadap Bayi Tabung dan Cloning
Member - Blog ~ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. bacalah sampai selesai postingan beri[...]
desain program tahunan dan program semester dalam desain pemebelajaran pai
Member - Blog ~ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. bacalah sampai selesai postingan beri[...]
peranan pendidikan Islam dalam menciptakan sdm yang berkualitas kapita selekta pendidikan
Member - Blog ~ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. bacalah sampai selesai postingan beri[...]
Pengelolaan Pembelajaran dalam tahap Instruksional: manajemen pembelajaran
Member - Blog ~ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. bacalah sampai selesai postingan beri[...]
pendidikan dan hubungan antar kelompok makul sosilogi pendidikan
Member - Blog ~ Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. bacalah sampai selesai postingan beri[...]
1 Silahkan Berkomentar Blogger 1 Facebook
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wah, bimbingan konseling emang diperlukan gan. Nice infok
ReplyDelete