PENDAHULUAN


A.Latar Belakang Masalah
        Berbicara tentang filsafat Islam tidak bisa terlepas dari pembicaraan filsafat secara umum.Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang berkesinambungan di seluruh jagad raya ini.Akan tetapi,berfikir filsafat dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi oleh dogmatis dan tradisi disponsori oleh filosof-filosof  Yunani Oleh karena itu,sebelum kita memperkenalkan filsafat Islam secara khusus,ada baiknya kita perkenalkan terlebih dahulu filsafat secara umum.
B.Rumusan Masalah
1.      Pengertian Filsafat Ilmu
2.      Pengertian Filsafat Islam
3.      Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-Ilmu keislaman lainnya Dan Hubungan    Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani


PEMBAHASAN


A.Pengertian Filsafat dan Objeknya

            Akal merupakan salah satu anugerah Allah SWT.yang paling istimewa bagi manusia.sudah sifat bagi akal manusia yang selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu termasuk dirinya sendiri.pengetahuan yang dimiliki manusia bukan dibawa sejak lahirk karena manusia ketika dilahirkan belum mengetahui apa-apa[1]
            Ada dua bentuk pengetahuan,yaitu pengetahuan yang bukan berdasarkan hasil usaha aktif dari manusia dan pengetahuan yang berdasarkan hasil usaha aktif manusia.pengetahuan pertama diperoleh manusia melalui wahyu,sedangkan  pengetahuan kedua diperoleh manusia melalui indra dan akal[2].pengetahuan dalam bentuk ke dua ini ada yang disebut dengan pengetahuan indra,pengetahuan diperoleh berdasarkan pengalaman sehari-hari,seperti api panas,air membasahi dan lain-lain.Sementara itu,pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penyelidikan atau penelitian dengan melakukan pendekatan ilmiah,seperti meneliti mengapa api panas dan apa unsure-unsur yang terdapat dalam api.Sementara itu,pengetahuan Filsafat merupakan hasil proses berfikir dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis,menyeluruh,dan mendasar,seperti pengetahuan tentang api,apa hakikat api?dan dari mana asal api?jadi pengetahuan Filsasaf adalah mencari hakikat sesuatu sampai kedasar segala dasar atau sedalam-dalamnya.Ciri dasar dari segala dasar inilah yang membedakannya dengan ilmu atau sains.Hal ini disebutkan ilmu membatasi dirinya dengan pengalaman,sedangkan Filsafat tidak demikian,bahkan Filsafat menyelidiki sesuatu tanpa batas sampai ke akar-akarnya.
            Filsafat adalah kata majemuk yang berasal dari bahasaYunani,yakni philosophia dan philosophos.[3]philo,berarti cinta(loving),sedangkan Sophia atau sophos,berarti pengetahuan atau kebijaksanaan(wisdom).Jadi,Filsafat secara sederhana berarti cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.pengertian cinta yang dimaksudkan di sini adalah dalam arti yang seluas-luasnya,yaitu ingin dan dengan rasa keinginan itulah ia berusaha mencari atau mendalami hal-hal yang diinginkan.Demikian juga yang dimaksud dengan pengetahuan,yaitu tahu dengan mendalam sampai ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasar.
            kemudian orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa Arab menjadi Falsafa.Hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata Arab dengan pola fa’lala,fa’lalah dan fi’lal.Karena itu,kata kata benda dari kata kerja falsafa seharusnya falsafah dan filsfat.[4]Dalam kamus Bahasa Indonesia kata ini terpakai dengan sebutan filsafat.[5]
            “Saya tidaklah ahli pengetahuan,karena ahli pengetahuan itu khusus bagi Tuhan saja.Saya adalah filosof,yakni pecinta ilmu pengetahuan.”[6]
Sokrates dan Plato.namun yang pasti,kata Filsafat ini telah ada sejak masa Filosof Yunani. Dalam uraian di atas dapat dilihat bahwa berfikir Filsafat mengandung cirri-ciri rasional,sistematis,universal atau menyeluruh,dan mendasar atau radikal.berfikir rasional mutlak diperlukan dalam berfilsafat.Rasional mengandung arti bahwa bagian-bagian pemikiran tersebut berhubungan antara satu dengan yang lainnya secara logis.kalau diibaratkan sebagai satu bagan,bagan tersebut adalah bagan yang berisi kesimpulan yang”diperoleh dari premise-premise.”sistematis juga cirri-ciri berfikir Filsafat.Kegiatan kefilsafatan bukanlah berfikir secara kebetulan.Akan tetapi,ai harus berdasarkan aturan-aturan penalaran atau logika.Pada dasarnya berfikir Filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu termasuk diri kita sendiri.Menyeluruh atau universal termasuk juga ciri atau karakteristik berpikir Filsafat.Suatu sistem Filsafat harus berfilsafat komprehensif atau menyeluruh.Oleh karena itu,tidak ada satupun yang berada di luar jangkauan.Seorang filosof dalam mencari kebenaran atau hakikat segala sesuatu,kebenaran atau hakikat ini harus dinyatakannya dalam bentuk umum atau komprehensif.Dengan kata lain,dalam berfikir filsafat tidak boleh ada satu sisipun tertinggal,tetapi harus tercakup semua di dalamnya secara keseluruhan.
            Demikianlah beberapa karakteristik berfikir filsafat.Akan tetapi, Jujun S.Suriasumantri menambahkan satu karakteristik lagi,yakni spekulatif.[7]penambahan ini dapat diterima,karena spekulatif adalah dasar ilmu pengetahuan.Agaknya ciri inilah yang menjadikan jurang pemisah antara pengetahuan filsafat dan pengetahuan sains.Spekulatif sebagai dasar bagi sains (ilmu) hanya bersifat sementara,yang kemudian harus dibuktikan secara empiris dengan menggunakan metode ilmu atau sains.
            Kendatipun filsafat menjadikan spekulatif sebagai salah satu cirinya,namun bukan berarti ia berfikir hanya menebak-nebak atau menerka-nerka tanpa aturan.Akan tetapi,dalam analisis dan pembuktian filsafat akan dapat diketahui dan ditetapkan mana spekulatif yang benar dan logis dan manapula spekulatif yang salah atau tidak logis.Hal ini berarti,kebenaran berfikir filsafat hanya sepanjang kerangka filosofis dan belum tentu benar dalam kenyataan secara empiris.Sementara kebenaran hasil ilmu atau sains dikatakan consensus dari seluruh ilmuwan yang bersangkutan.Hal ini disebabkan hasil kajian ilmu atau sains harus dapay dikaji ulang atau diperiksa ulang oleh yang bersangkutan atau saintis lain dengan hasil yang sama.jika ditemukan hasil yang sama,penemuan seperti itu tidak dapat direkomendasi oleh para saintis lain dan dipandang tidak pernah ada.[8]


Adapun Objek bahasan Filsafat Terbagi Menjadi Tiga Bahasan Pokok

1.al-Wujud atau Ontologi;
2.al-Ma’rifat atau epistemology;
3.al-Qayyim atau Aksiologi.[9]
            a).Pembahasan Ontologi mencakup hakikat segala yang ada (al-manjuudaat).Dalam dunia filsafat”yang mungkin ada”termasuk dalam pengertian”yang ada.”dengan kata lain,”yang mungkin ada”merupakan salah satu jenis”yang ada.”dan ia tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok”yang ada,”dalam arti tidak ada atau dalam bahasa lain”mustahil ada.”
            Pada umumnya bahasan”yang ada”(al-manjuudaat) terbagi menjadi dua bidang,yakni fisika dan metafisika.Bidang fisika mencakup tentang manusia,alam semesta,dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya,baik benda hidup maupun benda mati.Sementara bidang metafisika membahas ketuhanan dan masalah yang imateri.


b).Pembahasan epistemologi bersangkutan dengan hakikat pengetahuan dan cara bagaimana atau dengan sarana apa pengetahuan dapat diperoleh.Pembicaraan tentang hakikat pengetahuan ini ada dua teori.Teori pertama yang disebut dengan realism berpandangan bahwa pengetahuan adalah gambar atau contoh yang sebenarnya apa yang ada dalam nyata.Gambaran atau pengetahuan yang ada dalam akal adalah contoh dari yang asli yang terdapat di luar akal.Jadi pengetahuan menurut teori ini sesuai dengan kenyataan.
            Sementara itu,teori kedua yang disebut dengan idealism berpandangan bahwa pengetahuan adalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui.Berbeda dengan realism,pengetahuan menurut teori idealisme,pengetahuan menurut teori idealisme ini berarti tidak menggambarkan kebenaran yang sebenarnya karena,menurutnya,pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
            Pembicaraan tentang metode-metode untuk memperoleh pengetahuan ada dua teori pula.Teori pertama yang disebut dengan empirisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh dengan perantaraan pancaindra.Alat utama inilah yang memperoleh kesan-kesan dari apa yang ada di alam nyata.Kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia yang kemudian menyusun,dan mengaturnya menjadi pengetahuan.Sementara itu,teori kedua yang disebut dengan rasionalisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh dengan perantaraan akal.Memang untuk memperoleh data-data dari alam nyata dibutuhkan pancaindra,tetapi untuk menghubung-hubungkan satu data dengan data lainnya atau untuk menerjemahkan satu kejadian dengan kejadian lainnya yang terjadi di alam nyata ini dibutuhkan sekali akal.Andaikan bersandar pada pancaindra semata,manusia tidak akan mampu menafsirkan proses alamiah yang terjadi di jagad raya ini.Jadi,akallah yang menyusun konsep-konsep rasional yang disebut dengan pengetahuan.[10]
                c).Pembahasan aksiologi bersangkutan dengan hakikat nilai.Dalam menentukan hakikat atau ukuran baik dan buruk dibahas dalam filsafat etika atau akhlak.Dalam menentukan hakikat atau ukuran baik dan buruk dibahas dalam filsafat logika atau mantiq.Dalam menentukan hakikat atau ukuran indah dan tidaknya dibahas dalam filsafat estetika atau Jamaal.[11]


B.Pengertian Filsafat Islam
           
            Agaknya tidaklah aneh jika masih ada orang sampai hari ini meletakkan filsafat Islam pada altar skeptif.sikap ini jelas merupakan warisan,terutama dari pandangan para orientalis abad ke-19,seperti Tennemann dan E.Renan.Menurut mereka kendatipun orang-orang Islam melakukan kegiatan mempelajari filsafat,namun mereka tidak akan mungkin melahirkan filsafat sendiri.Alasan-alasan pandangan mereka ini dapat dirangkum sebagai berikut.
1).Adapun kitab suci Al-qur’an yang menegaskan kebebasan atau kemerdekaan
Berpikir.
2).Karakter bangsa Arab yang tidak mungkin berfilsafat.
3).Bangsa Arab adalah ras Semi (al-saamy),termasuk ras rendah bila dibandingkan dengan Bangsa Yunani ras Aria (al-Aary).Ras Semit mempunyai daya nalar yang lemah dan tidak mampu berfilsafat,yang hanya dimiliki oleh ras Aria.[12]
            Alasan-alasan yang dikemukakan di atas tidak mempunyai dasar sama sekali,bahkan mengandung kadar kezaliman.Seperti kitab suci Al-qur’an dituding menegaskan kebebasan berfikir,padahal faktualnya tidak sedikit ayat-ayat Al-qur’an yang menganjurkan dan mendorong pemeluknya banyak berfikir dan melakukan pengamatan dan penelitian dalam berbagai bidang serta mencela orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.[13]
                Dengan demikian,tidak dapat disangsikan lagi bahwa salah satu jasa Islam ialah memobilisasi akal,pembuka,dan penggerak akal manusia dalam perikehidupan rohani dan jasmani.Dalam kesejahteraan usaha ini telah dimulai sejak periode Rasulullah SAW.terutama dalam menggali ketentuan hukum Agama dari sumbernya.Hal ini tercermin dalam hadist ketika sahabat Mu’az ibn Jabbal diutus ke negeri Yaman.Seperti yang diketahui di dalam hadist Nabi Muhammad SAW.bertanya kepada Mu’az apa yang akan dilakukannya di Yaman jika ia tidak menemukan ketentuan hukum dalam Al-qur’an dan hadist Nabi di waktu ia hendak memutuskan suatu perkara.Mu’az menjawab:”bahwa ia akan memakai akalnya”.Kemudian,kegiatan seperti ini diikuti pula oleh Khalifah Rasyidin,Bani Umayyah,dan Bani Abbas serta umat Islam lainnya.
            Sementara itu,alasan mereka yang mengatakan bahwa karakter Bangsa Arab yang tidak mungkin berfilsafat,perlu dipertanyakan.jika yang mereka maksud adalah Bangsa Arab sebelum Islam memang benar adanya.
            Sementara itu,alasan mereka yang mengatakan bahwa karakter bangsa Arab yang tidak mungkin berfilsafat,perlu dipertanyakan.jika yang mereka maksud adalah bangsa Arab sebelum Islam memang benar adanya.Telah dimaklumi bahwa bangsa Arab sebelum Islam tidak mengenal filsafat dan juga tidak menaruh perhatian terhadap Ilmu pengetahuan dan peradaban seperti yang telah dicapai bangsa sekitarnya,seperti Mesir,Yunani,Keldani,Persia,dan India.[14]Agaknya hal ini disebabkan ketertawanan mereka dengan kondisinya,yakni tidak banyaknya di kalangan orang yang pandai tulis baca sebagai syarat pokok untuk munculnya peradaban intelektual.pada pihak lain mereka hidup dalam kesukuan yang terisolasi di jazirah Arab.
Akan tetapi,jika yang mereka maksud adalah Bangsa Arab yang telah memeluk Islam,maka pernyataan mereka tersebut keliru sama sekali.Telah dimaklumi bahwa Islam telah membawa kehidupan baru bagi Bangsa Arab.Dengan Agama Islam mereka telah memasuki peradaban manusia yang luas.Mereka telah dapat membentuk suara Negara besar dan memegang tampuk Ilmu pengetahuan.[15]
            Demikian pula,kelirunya alasan mereka cenderung membedakan antara tingkat pemikiran bangsa Aria dan Bangsa Semit.Bangsa Aria adalah Bangsa Yunani,yang menurut mereka memiliki penalaran yang tinggi,karenanya Bangsa inilah yang mampu berfilsafat.Sementara Bangsa Semit adalah Bangsa Arab,yang menurut mereka memilki penalaran yang rendah,sehingga Bangsa ini tidak Akan mampu berfilsafat atau menciptakan filsafat.
            Telah disebutkan bahwa Bangsa Arab,ras Semitvsebelum Islam tidak berfilsafat,karena kondisinya dan bukan karena rendahnya daya intelektual mereka.Ternyata setelah mereka memeluk Islam dan kondisi mereka berubah dari masa Jahiliah,mereka mampu menguasai dan menciptakan berbagai bidang sains dan pemikiran filsafat.Sejarah
mencatat,Bangsa Arab yang beragama Islam lebih dahuku menguasai sains dibandingkan dengan Bangsa Eropa dan Amerika.Sebenarnya atas jasa orang Islamlah Bangsa Barat mengenal Filsafat Yunani dan dapat menikmati Ilmu pengetahuan atau sains yang mendorong timbulnya kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi modern.Oleh karena itu,dalam tingkatan penalaran atau intelektual tidak dapat dibedakan antara bangsa di dunia ini bergiliran,silih berganti dari satu Bangsa ke Bangsa lain.Seperti yang diketahui,setelah umat Islam,kendali Ilmu pengetahuan dipegang oleh Bangsa Barat.Melihat pada fenomenanya,Bangsa Barat sepertinya akan memasuki masa redup,maka menurut pemikiran,kendali Ilmu pengetahuan akan berpindah ke Bangsa Jepang dan sekitarnya.
            Selain itu,para orientalis juga mengatakan bahwa filsafat Islam itu tidak lain dari Filsafat Yunani yang ditulis dalam Bahasa Arab atau filsafat Yunani yang ditulis dalam Bahasa Arab atau Filsafat Yunani yang diIslamkan.[16]Tuduhan seperti ini juga sulit untuk diterima bahkan tidak beralasan sama sekali dan bertentangan dengan fakta sejarah seperti yang telah disinggung sebelumnya.Memang harus diakui,pemikiran Bangsa Arab terpengaruh oleh Bangsa sebelumnya dan pengaruh terberat adalah pemikiran Yunani.Akan tetapi, hal ini lumrah terjadi bahwa pemikiran generasi belakangan terpengaruh oleh generasi sebelumnya,bahkan tidak ada satu pemikiran pun terlepas dari pengaruh pemikiran sebelumnya.Kenyataan ini berlaku pada pemikiran semua ras manusia sebelumnya tanpa terkecuali.

D.Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-Ilmu Keislaman Lainnya
            Sebagaimana diketahui melalui Akal yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dalam Islam tidak hanya dijumpai dalam bidang filsafat Islam,tetapi juga dalam bidang Ilmu kalam,Tasawuf,Ushul-fiqhi,dan sains.Untuk itulah di bawah ini akan dijelaskan hubungan antara Filsafat dan Ilmu-ilmu keislaman lainnya.
1).Filsafat Islam dan Ilmu Kalam
            Kalam dalam bahasa Arab dapat diartikan dengan perkataan dan ucapan.Dalam ilmu kebahasaan,Kalam ialah kata-kata yang tersusun dalam suatu kalimat yang mempunyai arti.Sementara dalam ilmu Agama,yang dimaksud dengan kalam adalah firman Allah SWT,kemudian kata ini menunjukkan suatu Ilmu yang berdiri sendiri,yang disebut dengan Ilmu kalam.Diantara alasan yang dimajukan,ialah sebagai berikut.
            a).Persoalan terpenting menjadi pembicaraan di abad-abad permulaan hijrah ialah firman atau kalam Allah Al-qur’an sebagai salah satu sifat-Nya,apakah Kadim,tidak diciptakan,atau hadist (baharu),diciptakan? (harap dibedakan kata haadis lawan dari kadim,dengan hadist:perkataan,ucapan,ketetapan dan sifat Nabi Muhammad SAW).
            b).Dasar-dasar Ilmu Kalam ialah dalil-dalil akal (rasio).Kaum teolog atau mutakallimin menetapkan pokok persoalan dengan mengemukakan dalil akal terlebih dahulu,setelah tuntas baru mereka kembali pada dalil naqal (Al-qur’an dan hadist).
            c).Cara pembuktian kepercayaan Agama menyerupai Ilmu logika dan Filsafat.[17]
            Dengan demikian,Ilmu kalam merupakan salah satu Ilmu keislaman yang timbul dari hasil diskusi umat islam dalam merumuskan akidah Islam dengan menggunakan dalil akal dan Filsafat.Hal ini dapat dilihat dalam berbagai buku Ilmu kalam. (Ilmu Tauhid),selalu pertama kali dikemukakan dalil akal (logika),kemudian baru diiringi dengan dalil naqal (Al-qur’an dan hadist).
            Atas dasar –dasar pemikiran di atas itulah,diantara penulis-penulis Islam,seperti Ibnu Kaldun dalam Muqaddimah-nya ,Al-Iji dalam al-Mawaaqif;,Mushtafa Abdul Raziq dalam bukunya Muqaddimah Taarikh al-Falsafah al-Islamiyyah dan Renan dalam bukunya Ibnu Rusy wa al-Rusydiyah memasukkan Ilmu kalam ke dalam ruang lingkup Filsafat Islam.Hal ini disebabkan mereka melihat bahwa antara kedua disiplin Ilmu keislaman ini terdapat hubungan yang sangat erat dan masalah-masalah yang dibicarakan antara keduanya sudah bercampur sehingga sulit untuk dibedakan.
            Ilmu Kalam sebagaimana halnya Filsafat Islam,terpengaruh dengan Filsafat Yunani. Namun demikian,sumber pokok yang mereka manfaatkan adalah Nash-Nash Agama.ini dapat dilihat terutama pada aliran Mu’tazilah dan al-Asy’ariyah.[18]
Walaupun demikian,dalam kenyataannya Ilmu Kalam lahir dari masalah Islam sendiri,sedangkan cara pemecahannya yang hanya terpengaruh dari Filsafat.
            Jelas bahwa perbedaan antara Filsafat Islam dan Ilmu Kalam terletak pada metode dan objeknya.Secara rinci dapat diketengahkan sebagai berikut.
            a).Ilmu Kalam dasarnya adalah keagamaan yang berbeda metode dan objeknya dari Filsafat Islam.Filsafat metode intelektual,maka Nash Agama dijadikan sebagai bukti untuk membenarkan akal.Sementara itu,Ilmu kalam adalah metode Argumentasi,maka Filsafat dijadikan alat untuk membenarkan Nash Agama.Objek Filsafat adalah Allah,alam,dan manusia,sementara objek Ilmu kalam adalah Allah dan sifat-sifat-Nya serta hubungan Allah dengan alam dan manusia yang hidup di bumi sesuai dengan syariat yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya dalam kitab-kitab suci.Filsafat mengarungi medan pemikiran tanpa terikat dengan pendapat yang ada.Sementara itu kalam mengambil dalil aqidah yang tertera dalam Nash Agama yang tidak mungkin diragukan lagi seperti adanya Allah,kemudian dicarikan argumentasinya.
b).Filsafat adalah istilah asing (Yunani) yang masuk ke dunia Islam (bahasa Arab).Jadi,Filsafat Islam dapat produk dari luar Islam,sedangkan Ilmu kalam adalah ilmu Islam sendiri yang lahir dari diskusi-diskusi sekitar Al-qur’an.
c).Pemulaan lahir Filsafat Islam pada akhir abad ke dua awal abad ketiga Hijrah,sudah filosof-filosof yang terkenal dengan sebutan filosof,seperti Al-Kandi dengan sebutan filosof Arab.Begitu pula dalam Ilmu kalam tokoh-tokohnya tetap disebut mutakallimin dan tidak disebut filosof.Disamping itu,telah terjadi pertentangan yang tajam antara kaum filosof dan kaum teolog,seperti kasus antara Al-Ghazali teolog Al-Ghazali teolog Al-Asy’ari dan Ibnu Rusyd.



2).Filsafat Islam dan Tasawuf
            Tasawuf berasal dari kata sufi,yakni sejenis wol kasar yang terbuat dari bulu yang dipakai oleh orang-orang yang hidup sederhana,namun berhati suci dan mulia.Tasawuf merupakan suatu Ilmu pengetahuan yang mempelajari cara dan jalan bagaimana seorang Islam berada sedekat mungkin dengan Allah SWT.[19]
            Menurut Al-‘Iraqy,tasawuf dalam Islam baik yang suni maupun yang Filsafat termasuk dalam ruang lingkup filsafat Islam secara umum Menurutnya,hal ini disebabkan kaum sufi mempergunakan logika dalam mempelajari al-huluul,wahdat al-wujuud,al-baqaa dan al-fanaa’.3[20]Akan tetapi,kedua disiplin ilmu ini terdapat perbedaan-perbedaan sebagai berikut.
            a).Filsafat memandang dengan mata akal dan mengikuti metode argumentasi dan logika.Sementara tasawuf menempuh jalan mujaahadah (pengekangan hawa nafsu) dan musyaahadah (pandangan batin) dan berbicara dengan bahasa intuisi dan pengalaman batin.Jadi kaum filosof adalah pemilik argumentasi dan kaum sufi.pemilik intuisi dan perasaan batin.
            b).Objek Filsafat membahas segala yang ada (al-maujuudaat),baik fisika maupun metafisika,termasuk di dalamnya Allah SWT,alam dan manusia yang meliputi tingkah laku,akhlak,dan politik.Sementara itu,objek tasawuf pada dasarnya mengenal Allah SWT,baik dengan jalan ibadah maupun dengan jalan ilham dan intuisi.Justru itu orang sufi disebut al-‘ubbaad (ahli ibadah),al-zuhdaah (ahli zuhud) dan al-fuqaraa (orang fakir),karena kaum sufi dalam beribadah,kezuhudan,dan kewara’annya melebihi orang biasa.
            c).Adanya saling kritik antara kaum sufi dan kaum filosof Islam,seperti kritik Al-Ghazali terhadap Filsafat dan kritik Ibnu Rusyd terhadap tasawuf.ia mengatakan bahwa metode yang dipergunakan tasawuf bukanlah metode penalaran intelektual dan ada dugaan bahwa makrifat kepada Allah akan hakikat-hakikat wujud yang lain adalah sesuatu yang dijatuhkan ke dalam jiwa manusia ketika yang bersangkutan bersih dari rintangan-rintangan hawa nafsu.Jalan ini sekiranya ada,kata Rusyd,namun ia tidaklah merata bagi seluruh manusia.[21]


3).Filsafat Islam dan Ushul Fiqhi
            Ushul fiqhi adalah Ilmu pengetahuan tentang kaidah dan bahasa yang dijadikan acuan dalam menetapkan hukum syariat mengenai perbuatan manusia berdasarkan dalil-dalil secara detail.[22]Dengan ringkas kata,ushul fiqhi adalah Ilmu tentang dasar-dasar hukum dalam Islam.Penyusun disiplin Ilmu ini pertama kali adalah Imam Al-Syafi’I dengan bukunya yang berjudul al-Risaalat.
            Abd.Al-Razid dalam bukunya Tamhiid li Tariikh al-Falsafah al-Islamiyyah dan Al-Iraqiy dalam bukunya al-Falsafah al-Islamiyyat memasukkan Ilmu ushul fiqhi ini disebut juga dengan Ilmu ushuul al-ahkaam.Sebagaimana Ilmu kalam dan Ilmu tasawuf,Ilmu ushul fiqhi ini juga mempunyai hubungan yang erat dengan falsafah Islam.Hal ini dapat dilihat dari segi pembahasan Ilmu ini hampir sama dengan pembahasan yang terdapat dalam Ilmu kalam,bahkan salah satu bidang pembahasan Ilmu ini apa yang disebut dengan Mabaadi’Kalaamiyyat,yang juga
termasuk bahasan dari Ilmu kalam.[23]
               

E.Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani
            Suatu kebenaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban Yunani,Persia,dan India.Diantara ilmu-ilmu India yang besar pengaruhnya kepada intelektual Islam adalah ilmu hitung,astronomi,ilmu kedokteran,dan matematika dengan angka-angka yang oleh orang Arab disebut angka India dan oleh orang Eropa kemudian dikenal dengan nama angka India dan oleh orang Eropa kemudian dikenal dengan nama angka Arab.sedangkan dari Persia terdapat ilmu bumi,logika,filsafat,astronomi,ilmu ukur,kedokteran.sastra,dan seni.Pemasukan pengaruh Persia,yang dinilai lebih besar daripada pengaruh India,ke dalam Islam melalui Baghdad,berada di Lingkungan Persia sebagai ganti dari ibu kota sebelumnya,Damsyik.Menurut Harun Nasution peranan yang besar dalam hal ini ialah keluarga Barmak yang turun-temurun menjadi menteri,gubernur,dan sekretaris Khalifah mulai dari zaman Al-Saffah (750-754) sampai dengan zaman Al-Ma’mun (813-833).46Akan tetapi,pengaruh terbesar yang diterima umat Islam dalam bidang ilmu dan filsafat,menurut Ahmad Amin,adalah dari Yunani.karena kontak umat Islam dengan kebudayaan Yunani bersamaan waktunya dengan penulisan ilmu-ilmu Islam,maka masuklah kedalamnya unsur-unsur kebudayaan Yunani yang memberikan corak tertentu,terutama dalam bentuk dan isi.Dalam bentuk,pengaruh logika Yunani besar sekali,ilmu-ilmu Islamdiberi warna baru,ditempa menurut pola Yunani dan disusun sesuai dengan sistem Yunani.Jadi,logika Yunani mempunyai pengaruh yang sangat besar pada alam pikiran Islam di zaman Bani Abbas.[24]
            Perlu ditegaskan bahwa pengaruh bukan berarti menjiplak.Betapa banyaknya para filosof baik Islam maupun non-Islam terpengaruh oleh pemikiran filosof sebelumnya,namun mereka tidak menyandang predikat penjiplak.Filosof Amsterdam,Belanda,Burch De Spinoza (1632-1677) dikenal sebagai pengikut bapak Filsafat Modern asal Prancis,Rene Descartes (1596-1650),namun ia mempunyai filsafat tersendiri.Demikian pula filosof Muslim Ibnu Sina walaupun terpengaruh berat oleh Aristoteles,tetapi ia juga memiliki pemikiran filsafat tersendiri ,yang tidak dimiliki oleh al-Mu’allim al-Awwal,Aristoteles sendiri.[25]
            Dalam rekaman sejarah,cara terjadinya kontak antara umat Islam dan filsafat Yunani (juga sains) melalui daerah Suriaa,Mesopotamia,Persia,dan Mesir.Filsafat Yunani datang ke daerah-daerah ini ketika penaklukan Alexander yang Agung ke Timur pada abad keempat (331) Sebelum Masehi.ia juga mempersatukan orang-orang Yunani dan Persia dalam satu Negara besar dengan cara berik
1).ia angka pembesar dan pembantunya dari orang Yunani dan Persia.
2).ia mendorong perkawinan campuran antara Yunani dan Persia.Bahkan,ia pernah menyelenggarakan perkawinan missal 24 jenderal dan 10.000 prajuritnya dengan wanita-wanita Persia di Susa.
3).Sementara itu,ia sendiri kawin dengan Statira,putrid Darius,Raja Persia yang kalah perang.
4).ia mendirikan kota-kota dan permukiman-permukiman yang dihuni bersama oleh orang-orang Yunani dan Persia.[26]
            Dengan demikian,bercampurlah kebudayaan Yunani dan kebudayaan Persia.Sebagai bukyi dalam hal ini Kota Alexanderia di Mesir,yang dalam bahasa Arab disebut al-Iskandaria,merupakan warisan dari usaha di atas.
            Setelah Alexander yang Agung mangkat pada tahun 323 SM,kerajaan besar yang ditinggalkannya terpecah menjadi tiga,Kerjaan Masedonia di Eropa,kerjaan Ptolemeus di Mesir dengan Alexanderia sebagai ibukota,dan kerajaan Ptolemeus di Mesir dengan Alexanderia sebagai ibukota,dan kerajaan selama di Persia dengan dua ibukota Seleucia di tepi sungai Tigris dan Antiok di Suria.Dengan adanya politik,Alexander menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia,yang kemudian dilanjutkan pula oleh pewarisnya,maka timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani di Timur.pusat-pusat Hellenisme yang terkenal adalah Alexanderia di Mesir,Antiok di Suria,Harran,dan Jundisyapur dekat Baghdad serta Baktra di Persia.Di antara bekas pengaruhnya di daerah-daerah ini ialah bahasa administrasi yang dipakai adalah bahasa Yunani,bahkan di Mesir dan Suria bahasa ini tetap dipakai sesudah masuknya Islam di kedua daerah ini dan baru abad VII oleh Khalifah A.Malik Ibnu Marwan (685-705 M) diganti dengan bahasa Arab.[27]
                Pada sisi lain,seperti yang diungkapkan sejarah,telah terjadi pelenyapan semua akademik filsafat Yunani dan pengusiran para filosofnya oleh Kaisar Justinianus dari Bizantium pada tahun 529 M.Menurut Kaisar ini ajaran filsafat bertentangan dengan Agama Masehi.[28]pada umumnya para filosof Yunani lari ke Jundisyapur dan diterima baik oleh Maharaja Persia.Kasus ini dapat diartikan bahwa kegiatan filsafat (juga sains) sudah pindah dari Yunani (Barat) ke Jundisyapur dan daerah-daerah lainnya di Timur.
            Pada kantong-kantong pusat kebudayaan di atas pemikiran filsafat Yunani ditemukan ahli-ahli piker Islam.Akan tetapi,pada zaman Khalifah Rasyidin dan Umaiyah pengaruh filsafat Yunani (juga  sains) belum begitu kelihatan karena pada masa ini selain masa penaklukan daerah sekitarnya,kegiatan juga lebih banyak mengacu pada kebudayaan Arab.
            Barulah pada zaman Dinasti Bani Abbas dengan pusat kerajaannya Baghdad mulai tertarik pada filsafat Yunani.memang pemasukan filsafat Yunani ke dalam Islam lebih banyak terjadi melalui kota ini khususnya dan Irak umumnya.Di sinilah timbul gerakan penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab atas dorongan Khalifah Al-Mansur dan kemudian Khalifah Harun Al- Rasyid.Kegiatan ini meningkat pada masa Khalifah Al-Makmun,putra Harun Al-Rasyid yang dikenal dengan zaman penerjemahan.
            Sebenarnya penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab sudah di mulai sejak pemerintahan Dinasti Bani Umayyah.Kegiatan ini disponsori Khalifah Khalid ibnu Yazid.ketika itu buku-buku ilmiah yang diterjemahkan erat kaitannya dengan keperluan hidup praktis,seperti buku kimia dan kedokteran.
            Khalifah Al-Mansur meminta Muhammad Ibnu Ibrahim Al-Fazari,astronom Islam pertama yang membuat astrolabe (alat untuk mengukur tinggi bintang-bintang) untuk menerjemahkan ilmu angka dan hitung serta ilmu astronomi India yang bernama Sindhidab.Sementara Ibnu Muqaffa’ia meminta untuk menerjemahkan kitab Kalilah wa Dimnah dari bahasa Persia.Demikianlah buku-buku Yunani yang sudah dialihbahasakan ke dalam bahasa Siryani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.usaha ini diteruskan oleh Harun Al-Rasyid yang menyuruh menerjemahkan pula buku-buku ilmu ukur karya Euclides dan buku-buku ilmu falak al-Magesti karya Ptolemaus.[29]
            Kegiatan penerjemahan mencapai zaman keemasannya pada masa Khalifah Al-Makmun ia juga termasuk seorang Intelektual yang sangat menggandrungi ilmu pengetahuan dan filsafat.ialah yang mendirikan akademi Bait al-Hikmah,yang dipinpin oleh Hunain ibnu Ishaq,Seorang  Nasrani yang ahli bahasa Yunani dan dibantu oleh anaknya Ishaq ibnu Hunain,Sabit ibnu Qurra,Qusta ibnu Luqas,Hudaibah ibnu Al-Hasni,Abu Bishr Matta ibnu Yunus,Al-Kindi dan lainnya.[30]Akademi ini tidak hanya sebagai tempat penerjemahan tetapi juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.
            Sebagaimana kota Baghdad,Kota Marwa (Persia Tengah),Jundisyapur,dan Harran juga melakukan kegiatan penerjemahan.Namun masing-masingnya mempunyai kecenderungan yang berbeda.Kota Marwa lebih banyak menerjemahkan buku-buku ilmiah bidang matematika dan astronomi.Kota Jundisyapur lebih cenderung pada obat-obatandan kedokteran.Sementara itu,Kota Harran lebih meminati buku-buku filsafat dan kedokteran.
            Dalam era penerjemahan ini bermacam-macam buku filsafat dalam pelbagai bidang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,baik dalam bahasa Siryani,Persia,maupun yang berbahasa Yunani sendiri.Di antaranya karya Plato,seper Thaetitus,Cratylus,Parmenides,Tunaeus,Phaedo,Politicus,dan lainnya; karya Aristoteles,seperti,Categoriae,Rethorica,De Caelo,Ethica Nichomachaea dan lainnya;karya Neo Platonisme,seperti Enneads,Theologia,Isagoge,Elements of Theology,dan lainnya.




[1] Lihat: QS Al-Nahl  (16):78
[2] Bandingkan dengan jujun s.suria sumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar popular,(Jakarta: sinar harapan ,1985),hlm 44
[3] Lihat: k bertens, sejarah filsafat yunani,(Yogyakarta: yayasan kanisius, 1984) cet.IV, hlm 13
[4] Harun nasution, falsafah agama, (jakrta: bulan bintang, Jakarta, 1973) cet.I, hlm. 7.
[5] Departemen pendidikan dan kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta balai pustaka,1990). Cet.III, hal. 242.
[6] Tawfiq Al-thawil, al-falsafah fi nasariha al-tarikhi, (kairo: Dar al-ma’rif, 1977),hlm. 12.
[7] Jujun s. suriasumantri, op cit., hlm.22.
[8] A. baiquni, teropong islam terhadap ilmu pengetahuan, (solo:ramdhani,1989). Hlm.32-33
[9] Umar Muhammad AL-Taumy AL-syibany, muQaddamat fi al-falsafah al-islamiyat,(Tripoli: al-dar al’-arabiyat li al-kitab, 1976) cet II, hlm. 30-31
[10] Harun nasution,op.cit.,hlm. 10-14
[11]Umar Muhammad al-taumy al-syibany, op.cit., hlm. 30-31
[12] Muhammad ‘Athif Al-‘iraqy, al-falsafah islamiyyat, (kairo: Dar al-Ma’rif, 1978), hlm. 9.
[13] Harun nasution, akal dan wahyu dalam islam,  (Jakarta: universitas Indonesia,1983), cet. II, hlm. 39-48
[14] Ahmad  fu’ad Al-ahwany, al-falsafah al-islamiyyah,  (kairo: Dar al-Qalam,1962), hlm.3.
[15] Ibid., hlm.4-5
[16] Muhammad ‘Athi Al-‘Iraqy, loc.cit.
[17] Muhammad Abduh, Risalat al- tahwid, Muhammad Ali Shabih wa Auladuh, medan, 1969, hlm.7-8
[18] Muhammad  ‘Athif al-iraqy, op.cit., hlm. 16.
[19] Harun nasution, falsafah dan misticisme dalam islam, Jakarta:bulan bintang, 1973) cet I, hal.  50-51
[20] Muhammad ‘Athif Al-Iraqy, op.cit,. hlm.18.
[21] Ahmad Fuad Al-Ahwaniy, op.cit,. hlm. 26-29.
[22] Abd Al-wahhab Khalaf,  ilmu ushul al-fiqh, ( Jakarta: al-majlis al-a’ala Indonesia lil al-Da’wat al-islamiyyat, 1972), hlm. 11.
[23] Muhammad  ‘Athif Al-‘iraqy, op.cit,. hlm. 18-19.
[24] Ahmad Amin, dhuha al-islam, jilid I, ( kairo: Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyyat, 1972), hlm. 274-275
[25] Ibrahim Madkur, op.cit,. hlm. 26-27
[26] Harun Nasution, akal, op.cit., hlm. 54.
[27] Ibid., hlm.55.
[28] K.Bertens, ringkasan sejarah filsafat, (Yogyakarta: kanisius 1976) hlm.17.
[29] Ahmad Daudy et,al.,filsafat islam, (aceh: proyek pembinaan perguruan tinggi agama, IAIN Ar-Rniry, 1985) hlm. 8
[30] Harun nasution, misticisme, op.cit,. hlm. 9-11
[31] Bandingkan dengan jujun s.suria sumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar popular,(Jakarta: sinar harapan ,1985),hlm 44

0 Silahkan Berkomentar Blogger 0 Facebook

Post a Comment

Sampaikanlah kritik dan saran anda yang bersifat membangun di kolom komentar untuk kesempurnaan dan kenyamanan anda dalam membaca. Terima kasih atas kerja samanya.

 
Copyright © 2014 -. Member Blog ( Mb ) All Rights Reserved. Powered by Blogger
Privacy Policy Top